Via Luviana Dewanty, Via Luviana (2015) MAJAS METAFORA DAN METONIMI YANG TERDAPAT DALAM NOVEL SHIOSAI: TINJAUAN LINGUISTIK KOGNITIF. S2 thesis, Universitas Pendidikan Indonesia.
|
Text
T_JPG_1202073_Title.pdf Download (295kB) | Preview |
|
|
Text
T_JPG_1202073_Abstract.pdf Download (117kB) | Preview |
|
|
Text
T_JPG_1202073_Table_of_content.pdf Download (288kB) | Preview |
|
|
Text
T_JPG_1202073_Chapter1.pdf Download (216kB) | Preview |
|
Text
T_JPG_1202073_Chapter2.pdf Restricted to Staf Perpustakaan Download (312kB) |
||
|
Text
T_JPG_1202073_Chapter3.pdf Download (99kB) | Preview |
|
Text
T_JPG_1202073_Chapter4.pdf Restricted to Staf Perpustakaan Download (560kB) |
||
|
Text
T_JPG_1202073_Chapter5.pdf Download (163kB) | Preview |
|
|
Text
T_JPG_1202073_Bibliography.pdf Download (158kB) | Preview |
|
Text
T_JPG_1202073_Appendix.pdf Restricted to Staf Perpustakaan Download (291kB) |
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan makna majas metafora dalam novel berdasarkan hubungan antara ranah sumber dan ranah target. Penelitian ini juga mendeskripsikan makna dan jenis dari majas metonimi yang terdapat dalam novel berdasarkan hubungan antara konsep target dan konsep pemicu. Sumber data yang digunakan adalah novel “Shiosai” karya Yukio Mishima. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Data-data yang muncul kemudian dianalisis menggunakan sudut pandang linguistik kognitif. Teori metafora konseptual dari Lakoff dan Johnson (1980) dalam Evans & Green (2005) dan teori metonimi konseptual dari Evans & Green (2005) digunakan sebagai landasan teori. Berdasarkan hubungan antara ranah sumber dan ranah target, terdapat tiga jenis ranah sumber yang digunakan penulis untuk memunculkan metafora dalam novel “Shiosai”. Pertama adalah ranah sumber yang berkaitan dengan alam, contohnya ranah sumber “tsuchi” atau “tanah” yang memunculkan metafora “aohi to iro no kanji yasui yawatsuchi”. Ranah sumber “tsuchi (tanah)” digunakan untuk mengandaikan “umi (laut)” yang merupakan ranah target. Jenis yang kedua adalah ranah sumber yang berkaitan dengan benda, seperti pada ranah sumber “fune” atau “kapal”. Dalam kalimat “Yoake no hakumei no naka no hakaishi wa, inshin na minato ni teihaku shite iru ooku no shiroi hofune no you ni mieru”, terdapat metafora “shiroi hofune (layar putih)” dan “inshin na minato (pelabuhan yang ramai)”. Kedua metafora tersebut menggunakan ranah sumber yang berkaitan dengan “kapal” untuk mengandaikan “inshin (batu nisan)” serta bukit tempat batu nisan itu berdiri. Terakhir, jenis yang ketiga yaitu ranah sumber yang berkaitan dengan kata sifat. Seperti pada kalimat “shinji no kokoro wa kore wo kiku to makkura ni natta”, ranah sumber yang memunculkan metafora dalam kalimat tersebut adalah “makkura (gelap pekat)”. “makkura” digunakan untuk mengandaikan ranah target “kokoro (hati)” yang sedang sedih. Dari ketiga jenis ranah sumber yang telah disebutkan di atas. ranah yang paling dominan dalam novel adalah ranah sumber yang berkaitan dengan alam. Berdasarkan hubungan antara konsep target dan konsep pemicu, terdapat delapan jenis metonimi menurut Kövecses and Radden dalam Evans & Green (2005) serta Watanabe (2010). Dalam novel “Shiosai”, hanya ditemukan enam jenis saja. Keenam jenis hubungan yang dimaksud adalah (1) Keseluruhan untuk sebagian, seperti pada kalimat “watashi mo kuroi kedo, anta mo zuibun kuroi nee” yaitu“watashi (saya)” digunakan untuk mewakili kulit (hada) sebagai bagian dari tubuh “watashi”, (2) Sebagian untuk keseluruhan, seperti pada kalimat “Watashi no kokoro wa Shinji san no mono desu” yaitu kata “kokoro (hati)” mewakili seluruh tubuh dan perasaan, (3) Wadah mewakili isi, seperti pada kalimat “Hatsue ga ichihayaku jibuntachi no nonda chawan wo katadzuke…” yaitu “chawan (cangkir)” mewakili teh sebagai isi yang tersimpan dalam cangkir, (4) Keterangan mewakili subjek, seperti pada kalimat “Kuroi seifuku wo mansai shita fune” yaitu “Kuroi seifuku” sebagai keterangan mewakili sosokIpara murid SMP berseragam hitam, (5) Produsen mewakili produk, seperti pada kalimat “Chiyoko ga, Bosuton Baggu wo burasagete…”, dan (6) Tindakan mewakili tindakan khusus, seperti pada kalimat “chanto aburaage wo saratte itta de naa” yang memiliki makna khusus yaitu memiliki makna lain yakni “mengambil sesuatu yang paling berharga”. Dari keenam jenis yang dipaparkan di atas, terdapat jenis metonimi yang paling dominan dalam novel, yaitu metonimi dengan hubungan produsen mewakili produk. Kata kunci: Metafora, Metonimi, Majas, Linguistik Kognitif
Item Type: | Thesis (S2) |
---|---|
Additional Information: | No. Panggil: T_JPG_DEW m-2015; Pembimbing : I. Wawan Dana Sasmita, II. Nandang Rahmat |
Uncontrolled Keywords: | Metafora, Metonimi, Majas, Linguistik Kognitif |
Subjects: | L Education > L Education (General) P Language and Literature > PL Languages and literatures of Eastern Asia, Africa, Oceania P Language and Literature > PN Literature (General) |
Divisions: | Sekolah Pasca Sarjana > Pendidikan Bahasa Jepang S-2 |
Depositing User: | DAM staf |
Date Deposited: | 15 May 2015 07:25 |
Last Modified: | 15 May 2015 07:25 |
URI: | http://repository.upi.edu/id/eprint/14489 |
Actions (login required)
View Item |