Fitria, Nurul (2017) ANALISIS PERSEPSI MASYAKAT TERHADAP HALAL FOOD DI KOTA BANDUNG. S1 thesis, Universitas Pendidikan Indonesia.
|
Text
S_MIK_1300919_Title.pdf Download (199kB) | Preview |
|
|
Text
S_MIK_1300919_Abstract.pdf Download (200kB) | Preview |
|
|
Text
S_MIK_1300919_Table_of_Content.pdf Download (237kB) | Preview |
|
|
Text
S_MIK_1300919_Chapter1.pdf Download (297kB) | Preview |
|
Text
S_MIK_1300919_Chapter2.pdf Restricted to Staf Perpustakaan Download (557kB) |
||
|
Text
S_MIK_1300919_Chapter3.pdf Download (397kB) | Preview |
|
Text
S_MIK_1300919_Chapter4.pdf Restricted to Staf Perpustakaan Download (1MB) |
||
|
Text
S_MIK_1300919_Chapter5.pdf Download (153kB) | Preview |
|
|
Text
S_MIK_1300919_Bibliography.pdf Download (286kB) | Preview |
|
Text
S_MIK_1300919_Appendix.pdf Restricted to Staf Perpustakaan Download (299kB) |
Abstract
Bandung adalah salah satu kota destinasi kuliner di Indonesia. Sebagai kota besar dengan penduduk kota yang multikultural, terdapat beraneka ragam jenis makanan yang tersedia di Bandung. Namun akibat tingginya harga daging sapi yang beredar di pasaran membuat para penjual daging melakukan berbagai upaya untuk menjual daging oplosan daging sapi dengan tambahan daging babi. Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk 237,64 juta jiwa dan dengan penganut agama Islam sebanyak 88,10%, bagi umat islam mengkonsumsi babi merupakan hal yang dilarang. Pentingnya pemahaman masyarakat terutama konsumen terhadap makanan halal sangat diperlukan, mengingat banyak produk yang beredar dipasaran dan masih diragukan kualitas halalannya baik yang diproduksi di dalam negeri maupun di luar negeri sebagai produk impor. Hal ini di perparah lagi oleh ketidakpedulian produsen makanan yang mereka hasilkan. Hal tersebut disebabkan karena mayoritas produsen makanan dan minuman adalah berasal dari kalangan non-muslim yang sulit diharapkan kepeduliannya dan komitmennya terhadap makanan halal. Penelitian ini dilakukan dengan metode survey dan metode non probability sampling, dengan jumlah responden 100 orang konsumen dan 100 orang produsen. Kuesioner disebar di street food yang berada di wilayah kota Bandung dan bertujuan untuk mengetahui persepsi mengenai halal food dari kedua sudut pandang produsen dan konsumen. Adapun hasil yang diperoleh untuk persepsi label halal diperoleh skor 87,9% responden produsen dan 85,8% responden konsumen. Sementara untuk persepsi halal responden terhadap definisi dan keputusan pembelian diperoleh skor 75,7% produsen dan 81,8% konsumen. Persepsi responden terhadap bahan baku makanan halal memperoleh skor 83,7% responden produsen dan 90,7% responden konsumen. Persepsi responden terhadap BTP yang halal memperoleh skor 77% responden produsen dan 87,8% responden konsumen persepsi terhadap peralatan untuk makanan halal memperoleh skor 80,8% responden produsen dan 93,7% responden konsumen. Persepsi pada lingkungan sekitar untuk makanan halal memperoleh skor 92,2% responden produsen dan 91,3% responden konsumen. Keduanya memiliki persepsi positif terhadap halal food namun pengetahuan responden mengenai lembaga dan logo halal yang berlaku di Indonesia masih terbilang rendah. Analisis SWOT dalam rangka meningkatkan halal food tourism di kota Bandung yang menghasilkan perencanaan yang efektif dilihat dari IFAS dan EFAS yang sudah ditentukan, dapat disimpulkan untuk memaksimalkan segala peluang yang ada di kota Bandung, dari mulai jumlah masyarakat yang mayoritas muslim, kota Bandung sebagai salah satu destinasi wisata kuliner di Indonesia, meningkatkan peran masyarakat dan pemerintah dalam pengawasan produk yang beredar di kota Bandung mengenai status kehalalan produk-produk yang beredar tersebut.----------Bandung is one of the as Destination Cities of Cullinary in Indonesia. As a big city and place of multicultural population lives in, there are many kinds of cuisines in Bandung. But, the high cost of beef in markets makes some of the beef sellers do inappropriate ways to get opportunities. They are selling the mixtured beef with the pork. Indonesia is a Country with 237.64 millions population live in. And 88.10% of the population are moeslims. For the moeslims, it is a prohibition to consume pork. It is really important to tell the people knowing what is the halal food or what is not, considering there so many products in the markets are still be doubted in their halal quality inside the Country or from outside as the import products. This issue can be worst as the consequences of the producers who being careless with the products they make. That is because most of the food and beverage producers are non-moeslims that are untrustworthy to take their commitment to keep the quality of halal. This research was build with the Survey Method and Non Probability Sampling Method, with 100 respondents of consumer and 100 respondents of producers. The Questionairs were spread over at the Street Food in Bandung to get the data of perceptions about the halal food from the both sides, consumer and producers. The result of the halal label perception obtained by the respondent producer gained scores 87,9% and 85% for respondent consumer. Meanwhile, to the perception of halal respondent against the definition of halal food and the decision of purchase gained scores 75,7% to the respondents of producer and 81,8% respondents of consumer. The perception of respondent about the halal food raw materials gained scores 83,7% to the respondent of producer and 90,7% to the respondent of consumer. The perception respondents of halal food additive gained scores 77% to the respondents of producer and 87,8% to the respondents of consumer, the perception of respondent about the equipment for halal food gained scores 80,8% respondent of producer and 93,87% respondent of consumer. The perception respondent of the surrounding environment for halal food gained 92,2% scores for respondent of producer and 91,3% for respondent of consumer. Both of them has a positive perception of halal food, but the knowledge of respondents against the agency and logo halal which is valid in Indonesia is still quite low. The SWOT analysis goes in a certain direction to increase the halal food tourism in Bandung has successfuly made an effective framework which can be seen from the IFAS and EFAS they had created. The conclusion to enlarge all of the opporunities in Bandung, from the issue of moeslims as a majority population in Bandung, Bandung City as one of the desination cities of cullinary in Indonesia, Icrease the people and the goverment’s awareness about the quality of halal status of the food and beverage products in Bandung.
Item Type: | Thesis (S1) |
---|---|
Additional Information: | No. Panggil: S MIK FIT a-2017; Pembimbing: I. Woro Priantini, II. Chistian H. Rusmaya; NIM: 1300919 |
Uncontrolled Keywords: | halal, makanan halal |
Subjects: | B Philosophy. Psychology. Religion > BP Islam. Bahaism. Theosophy, etc L Education > L Education (General) T Technology > TX Home economics |
Divisions: | Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial > Manajemen Industri Katering |
Depositing User: | Mrs. Santi Santika |
Date Deposited: | 20 Mar 2018 07:11 |
Last Modified: | 20 Mar 2018 07:11 |
URI: | http://repository.upi.edu/id/eprint/29140 |
Actions (login required)
View Item |