REALISASI PENERJEMAHAN UNGKAPAN-UNGKAPAN TABU DALAM ALQURAN : Studi Deskriptif Analitik atas Terjemahan Ungkapan-Ungkapan Persetubuhan dalam Terjemah Muhammad Thalib

Deni Maulana, - (2019) REALISASI PENERJEMAHAN UNGKAPAN-UNGKAPAN TABU DALAM ALQURAN : Studi Deskriptif Analitik atas Terjemahan Ungkapan-Ungkapan Persetubuhan dalam Terjemah Muhammad Thalib. S2 thesis, Universitas Pendidikan Indonesia.

[img] Text
T_B.ARB_1706738_Title.pdf

Download (914kB)
[img] Text
T_B.ARB_1706738_Chapter1.pdf

Download (321kB)
[img] Text
T_B.ARB_1706738_Chapter2.pdf
Restricted to Staf Perpustakaan

Download (703kB)
[img] Text
T_B.ARB_1706738_Chapter3.pdf

Download (183kB)
[img] Text
T_B.ARB_1706738_Chapter4.pdf
Restricted to Staf Perpustakaan

Download (944kB)
[img] Text
T_B.ARB_1706738_Chapter5.pdf

Download (204kB)
[img] Text
T_B.ARB_1706738_Appendix.pdf
Restricted to Staf Perpustakaan

Download (343kB)
Official URL: http://repository.upi.edu

Abstract

Dalam stilistika bahasa Arab kināyah adalah suatu ungkapan yang mengandung makna denotatif dan konotatif. Berbeda dengan majaz yang hanya boleh dipahami dengan pengertian konotatif. Kināyah ini bisa dipahami baik dalam pengertian denotatif maupun konotatif. Dalam Alquran terdapat banyak ungkapan kināyah, antara lain berkaitan dengan persetubuhan dan organ genital. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap realisasi penerjemahan ungkapan-ungkapan tabu tentang persetubuhan dalam terjemah Alquran (MT) baik secara denotatif maupun konotatif. Setelah dilakukan penelitian dengan menggunakan metode deskriptif analitik dengan model analisis isi (content analysis). Peneliti memperoleh temuan bahwa. (1) Dalam terjemah MT terdapat 17 ungkapan tabu yang bertemali dengan persetubuhan dan organ genital. (Keduanya) terletak di 16 ayat dan tersebar di 9 surah, di (10) juz Alquran. (2) Terjemahan MT banyak menggunakan teknik penerjemahan modulasi dan amplifikasi linguistik dalam menerjemahkan ungkapan-ungkapan tabu. Selain itu, jika ungkapan tabu itu dikemas dalam ungkapan konotatif, MT sering menggunakan teknik penerjemahan modulasi dan amplifikasi linguistik 77,7%. Di samping itu, ungkapan tabu dalam bentuk ungkapan kināyah memiliki makna denotatif, dan dalam realisasi penerjemahannya MT selalu menggunakan teknik penerjemahan harfiah 22,2%. (3) Dalam terjemah MT ditemukan enam ayat yang berimplikasi hukum fiqih. (4) Dalam penerjemah Alquran tarjamah tafsiriah berangkat dari aspek hukum. Bahasa hukum itu tidak boleh samar-samar, maka harus jelas dan mudah dipahami. Selain itu, dalam penerjemahan MT menandaskan bahwa ada terjemahannya maknanya tidak vulgar, artinya ia memperiotaskan kesantunan berbahasa dalam proses penerjemahan. (5) Makna konotatif dalam terjemahan persetubuhan MT mengandung makna vulgar, sedangkan makna denotatif dalam terjemahannya tidak mengandung makna vulgar.---------In Arabic stylistics, kināyah is an expression that contains denotative and connotative meanings. It is different from Majaz which can only be understood in a connotative sense. This Kināyah can be understood in both denotative and connotative terms. In the Qur'an, there are many kināyah expressions, including those related to intercourse and genital organs. This study aims to reveal the realization of the translation of taboo expressions about intercourse in the translation of the Koran (MT) both denotatively and connotatively. After doing research using descriptive-analytic methods with content analysis models. Researchers obtained that finding. (1) In MT translation, 17 taboo expressions are related to intercourse and genital organs. (Both) are located in 16 verses and spread in 9 surahs, in (10) juz of the Koran. (2) MT translation uses modulation translation techniques and linguistic amplification in translating taboo expressions. Besides, if taboo expressions are packaged in connotative expressions, MT often uses 77.7% modulation translation and linguistic amplification techniques. Besides, taboo expressions in the form of kināyah expressions have denotative meanings, and in the realization of their translations, MT always uses literal translation techniques 22.2%. (3) In translating the MT found six verses that have implications for the law of jurisprudence. (4) In translating the Koran Tarjamah tafsiriah departs from the legal aspect. Legal language must not be vague, so it must be clear and easy to understand. Besides, in translation MT emphasizes that there is a translation whose meaning is not vulgar, meaning that it reflects politeness in the process of translation. (5) The connotative meaning in MT intercourse contains vulgar meanings, while denotative meanings in translations do not contain vulgar meanings.

Item Type: Thesis (S2)
Uncontrolled Keywords: ungkapan tabu, persetubuhan, teknik penerjemahan.
Subjects: L Education > L Education (General)
L Education > LB Theory and practice of education
Divisions: Sekolah Pasca Sarjana > Pendidikan Bahasa Arab S-2
Depositing User: Deni Maulana
Date Deposited: 30 Jul 2020 09:14
Last Modified: 30 Jul 2020 09:14
URI: http://repository.upi.edu/id/eprint/44156

Actions (login required)

View Item View Item