MONITORING PERKEMBANGAN TANAH TIMBUL DAN PEMANFAATANNYA DI PESISIR BLANAKAN KABUPATEN SUBANG

Meriana, Ginna (2016) MONITORING PERKEMBANGAN TANAH TIMBUL DAN PEMANFAATANNYA DI PESISIR BLANAKAN KABUPATEN SUBANG. S1 thesis, Universitas Pendidikan Indonesia.

[img]
Preview
Text
S_PKR_1200179_Title.pdf

Download (162kB) | Preview
[img]
Preview
Text
S_PKR_1200179_Abstract.pdf

Download (188kB) | Preview
[img]
Preview
Text
S_PKR_1200179_Table_of_content.pdf

Download (242kB) | Preview
[img]
Preview
Text
S_PKR_1200179_Chapter1.pdf

Download (366kB) | Preview
[img] Text
S_PKR_1200179_Chapter2.pdf
Restricted to Staf Perpustakaan

Download (596kB)
[img]
Preview
Text
S_PKR_1200179_Chapter3.pdf

Download (587kB) | Preview
[img] Text
S_PKR_1200179_Chapter4.pdf
Restricted to Staf Perpustakaan

Download (1MB)
[img]
Preview
Text
S_PKR_1200179_Chapter5.pdf

Download (134kB) | Preview
[img]
Preview
Text
S_PKR_1200179_Bibliography.pdf

Download (424kB) | Preview
[img] Text
S_PKR_1200179_Appendix.pdf
Restricted to Staf Perpustakaan

Download (334kB)
Official URL: http://repository.upi.edu

Abstract

Tanah timbul merupakan tanah yang terbentuk karena pengendapan di muara sungai. Perkembangan tanah timbul dewasa ini semakin meningkat. Pemanfaatan wilayah pesisir yang dilakukan secara optimal dapat membantu menunjang perekonomian serta pendapatan daerah tersebut. Dibalik potensinya, wilayah pesisir juga terancam mengalami kerusakan-kerusakan diantaranya abrasi, akresi (tanah timbul), hilangnya hutan mangrove, dan intrusi air laut. Salah satu wilayah pesisir yang terdapat tanah timbul yang sangat luas adalah Pesisir Blanakan, Kabupaten Subang. Namun, pemanfaatannya hanya sebagai tambak dan belum optimal karena sering terancam gagal panen karena abrasi dan banjir rob. Penelitian ini bertujuan untuk memonitoring perkembangan tanah timbul di Pesisir Blanakan selama periode 1990 – 2015. Juga untuk mengetahui pemanfaatan lahan tanah timbul serta menganalisis dampak keberadaan tanah timbul terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat di Pesisir Blanakan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Dalam penelitian ini dilakukan overlay citra landsat tahun 1990, 2000, 2010, dan 2015 untuk mengetahui perkembangan tanah timbul. Berdasarkan hasil overlay citra landsat selama periode 1990-2015, tanah timbul yang terbentuk adalah seluas 786,8 Ha dan abrasi seluas 77,2 Ha dengan perubahan paling jauh mencapai 1.580,3 m. Rata-rata pertumbuhan tanah timbul di Pesisir Blanakan adalah seluas 31,5 Ha/tahun. Penggunaan lahan tanah timbul di Pesisir Blanakan digunakan sebagai tambak dengan komoditas utama adalah bandeng dan udang bago dengan luas mencapai 639,9 Ha. Dampak keberadaan tanah timbul terhadap kondisi sosial dan ekonomi masyarakat tergambar melalui 5 indikator yaitu mata pencaharian, pendapatan, pendidikan, kesehatan, dan kepemilikan aset. Penelitian ini dapat digunakan sebagai rekomendasi bagi pemerintah dan instansi terkait untuk menentapkan zona-zona pemanfaatan tanah timbul (misalnya, tambak, mangrove, pemukiman) agar kelestarian lingkungan tetap terjaga. ;--- Accretion is a kind of soil which is formed due to a percipitation on outfalls. Its development is now increasing. The use of coastal area is done optimally to support the economy and income in that area. Beside its potential, the coastal area is also threatened in experiencing destructions such as abrasion, accresion, mangrove forest vanishing, and sea water intrusion. One of the coastal areas which has a large amount of accresion is located at Blanakan coast, SubangDsitrict. But its use as an embankment was not been optimal yet because of the frequent crop failure due to abrasion and rob flood threatening. This research is aimed at monitoring accresion development at Blanakan Coast from 1990 to 2015. Furthermore, it is aimed at identifying the use of accresion and analyzing the effect of accresion towards social condition and society economy at Blanakan Coast. This research uses quantitative descriptive as its method. In this research, landsat overlay is conducted in 1990, 2000, 2010 and 2015 to identify the development of accresion. Based on the overlay during 1990 until 2015, the 786,8 Ha accresion is formed and the 77,2 Ha abrasion with the farthest change which reached 1.580,3 m. Average of accresion growth in Coastal Blanakan is 31,5 Ha/year. The use of accresion at Blanakan coast is for embankment of bandeng and bago shrimp reaching 639,9 Ha. The effect of accresion towards social condition and society economy is shown by 5 indicators which are occupation, income, education and assets ownership. This research can be used as recommendations for government and relevant agencies to deciding land use zones arise (eg, ponds, mangroves, settlements) that environmental sustainability is maintained.

Item Type: Thesis (S1)
Additional Information: No. Panggil : S GEO MER M-2016 Pembimbing : I. Wanjat Kastolani II. Nandi
Uncontrolled Keywords: coastal, monitoring, accretion, Blanakan Subang , pesisir, monitoring, tanah timbul, BlanakanSubang
Subjects: G Geography. Anthropology. Recreation > G Geography (General)
Divisions: Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial > Pendidikan Geografi-S1
Depositing User: Mr mhsinf 2017
Date Deposited: 24 Aug 2017 07:15
Last Modified: 15 Sep 2017 06:16
URI: http://repository.upi.edu/id/eprint/25174

Actions (login required)

View Item View Item