“AJÉN FALSAFAH DINA KASENIAN KUDA RÉNGGONG (LINGKUNG SENI CITRA KENCANA) DÉSA PARUNGSÉRAB KECAMATAN KATAPANG KABUPATÉN BANDUNG”

KUSDIANSYAH, Cepi (2008) “AJÉN FALSAFAH DINA KASENIAN KUDA RÉNGGONG (LINGKUNG SENI CITRA KENCANA) DÉSA PARUNGSÉRAB KECAMATAN KATAPANG KABUPATÉN BANDUNG”. S1 thesis, Universitas Pendidikan Indonesia.

[img]
Preview
Text
s_c0251_033784_table_of_content.pdf

Download (257kB) | Preview
[img]
Preview
Text
s_c0251_033784_chapter1.pdf

Download (277kB) | Preview
[img] Text
s_c0251_033784_chapter2.pdf
Restricted to Staf Perpustakaan

Download (322kB)
[img]
Preview
Text
s_c0251_033784_chapter3.pdf

Download (257kB) | Preview
[img] Text
s_c0251_033784_chapter4.pdf
Restricted to Staf Perpustakaan

Download (341kB)
[img]
Preview
Text
s_c0251_033784_chapter5.pdf

Download (252kB) | Preview
[img]
Preview
Text
s_c0251_033784_bibliography.pdf

Download (249kB) | Preview
[img] Text
s_c0251_033784_appendix.pdf
Restricted to Staf Perpustakaan

Download (1MB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan “Ajén Falsafah dina Kasenian Kuda Rénggong (Lingkung Seni Citra Kencana) Désa Parungsérab Kecamatan Katapang Kabupatén Bandung”. data yang dikumpulkan melalui tehnik telaah pustaka, wawancara, observasi dan dokumentasi Seni tradisional kuda renggong terkenal dengan nilai sakral dan magis serta mempunyai nilai filosofis yang luhur. Pada awalnya kuda renggong berfungsi sebagai salah satu atraksi dalam upacara anak khitanan, yaitu berupa helaran atau arak-arakan bagi anak sunatan. Kuda renggong adalah kuda yang didangdani sedimikian rupa untuk kemudian ditunggangi oleh anak hitanan, dengan diiringi bunyi-bunyian dari alat-alat musik tradisional seperti kendang penca, dogdog, calung dan lain sebagainya, kuda renggong ini diarak keliling kampung. Menurut sumber sejarah, kesenian ini berasal dari Sumedang, Desa Cikurubuk Kecamatan Buahdua, yang kemudian kesenian ini mengalami perkembangan dan penyebaran keberbagai wilayah di Jawa Barat. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulakan bahwa kasenian kuda renggong memiliki nilai filosofis yang berfungsi sebagai proses atau upaya pendewasaan bagi anak khitanan. Dengan menggunakan metode analisis dan sintetis, dapat diperoleh; Dari kostum anak khitanan yaitu “Gatotkaca” menggambarkan kepahlawanan dan keberanian, dari kostum atau pakaian kuda “siger” atau mahkota kuda "payet-payet" menggambarkan kewibawaan, dari alat musiknya, “goong” menggambarkan keagungan, dari seni “pencak” menggambarkan seorang kesatria, dari kelengkapan sesajennya menggambarkan warna-warni kehidupan. Selain itu seni kuda renggong ini memiliki trasmisi budaya, yang mana dari kontak antarbudaya tersebut akan menimbulkan suatu pembelajaran dan pemahaman sebagai suatu hubungan timbal balik, yang saling mempengaruhi. penelitian ini sangat bermangfaat untuk menambah khasanah budaya Sunda khususnya yang ada di Desa Palung Parungserab Kabupaten Bandung, serta bisa dijadikan bahan pengajaran Mata Kuliah Budaya Sunda.

Item Type: Thesis (S1)
Subjects: ?? 490 ??
Universitas Pendidikan Indonesia > Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra > Jurusan/Program Studi Pendidikan Bahasa Daerah
Divisions: Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra > Jurusan/Program Studi Pendidikan Bahasa Daerah
Depositing User: Mr Riki Nuryadin
Date Deposited: 04 Sep 2013 03:16
Last Modified: 04 Sep 2013 03:16
URI: http://repository.upi.edu/id/eprint/1367

Actions (login required)

View Item View Item