Apsari, - (2024) TATSU DAN BERDIRI SEBAGAI POLISEMI: Kajian Linguistik Kognitif. S1 thesis, Universitas Pendidikan Indonesia.
This is the latest version of this item.
Text
S_JEP_2001678_Title.pdf Download (2MB) |
|
Text
S_JEP_2001678_Chapter1.pdf Download (1MB) |
|
Text
S_JEP_2001678_Chapter2.pdf Restricted to Staf Perpustakaan Download (1MB) |
|
Text
S_JEP_2001678_Chapter3.pdf Download (415kB) |
|
Text
S_JEP_2001678_Chapter4.pdf Restricted to Staf Perpustakaan Download (2MB) |
|
Text
S_JEP_2001678_Chapter5.pdf Download (293kB) |
|
Text
S_JEP_2001678_Appendix.pdf Restricted to Staf Perpustakaan Download (1MB) |
Abstract
Penelitian ini mengkaji kata kerja tatsu dalam bahasa Jepang dan kata kerja berdiri dalam bahasa Indonesia sebagai polisemi. Kajian yang dibahas adalah kajian semantik berdasarkan sudut pandang linguistik kognitif. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan makna dasar dan makna perluasan kata tatsu dan kata berdiri, serta untuk mendeskripsikan hubungan antara makna dasar dan makna perluasan dari kedua kata tersebut. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data diambil dari korpus bahasa, untuk bahasa Jepang di ambil dari Koran online seperti Yomiuri Shinbun (YS) dan Asahi Shinbun (AS), kemudian diambil dari novel Bahasa Jepang seperti Noruwei no Mori (1987), Kimi no Nawa (2016), Just Because (2017) dan Otomodachi Kara Onegaishimasu (2012). Sedangkan kalimat bahasa Indonesia diambil dari koran online seperti Jawa pos (JP). Serta diambil dari novel Laskar pelangi (2007) dan Laut Bercerita (2017). Berdasarkan hasil analisis data dapat diketahui bahwa makna dasar dari kata tatsu adalah berdiri (tegak lurus secara vertikal), sedangkan makna perluasannya adalah bangkit, naik dari bawah ke atas, menempatkan diri pada posisi atau jabatan tertentu, sesuatu menjadi terasa oleh panca indra, sesuatu hal yang diputuskan, berguna, dan terakhir yaitu kehilangan ketenangan dan menjadi marah. Melalui hubungan antara makna dasar dan makna perluasan kata tatsu, terdapat lima makna yang meluas secara metafora, dan 2 makna meluas secara metonimi. Kemudian, makna dasar dari kata berdiri adalah berdiri (bersikap tegak dengan bertumpu pada kaki), sedangkan makna perluasannya adalah tegak (tidak terbaring), bangkit, telah ada atau telah dijadikan, bertumpu atau mandiri, dan berada (pada pihak, golongan, dan sebagainya). Melalui hubungan antara makna dasar dan makna perluasan kata berdiri, terdapat tiga makna meluas secara metafora, dan dua makna meluas secara metonimi. Penelitian ini hanya mendeskripsikan satu per satu makna dari verba tatsu dan verba berdiri tanpa melakukan perbandingan antara kedua bahasa. Oleh karena itu, diperlukan penelitian yang lebih spesifik dan terfokus, seperti penelitian kontrastif, untuk mengetahui persamaan dan perbedaan antara verba tatsu dan verba berdiri. This study is research about verb tatsu in Japanese and the verb berdiri in Indonesian as polysemy. The study discussed is a semantic analysis based on a cognitive linguistic perspective. The purpose of this research is to describe the basic meanings and extended meanings of the words tatsu and berdiri, as well as to describe the relationship between their basic and extended meanings. This research uses a qualitative descriptive research method. Data sources were taken from language corpora; for Japanese, data were taken from online newspapers such as Yomiuri Shinbun (YS) and Asahi Shinbun (AS), and from Japanese novels such as Noruwei no Mori (1987), Kimi no Nawa (2016), Just Because (2017), and Otomodachi Kara Onegaishimasu (2012). For Indonesian, sentences were taken from online newspapers such as Jawa Pos (JP), as well as from novels Laskar Pelangi (2007) and Laut Bercerita (2017). Based on the results of data analysis, it can be concluded that the basic meaning of the word tatsu is to stand (upright vertically), while its extended meanings are to rise, ascend from below to above, place oneself in a certain position or rank, something perceivable by the senses, something decided, to be useful, and lastly, to lose composure and become angry. Through the relationship between the basic and extended meanings of the word tatsu, there are five metaphorically extended meanings and two metonymically extended meanings. Then, the basic meaning of the word berdiri is to stand (upright by supporting oneself on the feet), while its extended meanings are to be erect (not lying down), to rise, to exist or to be established, to support or be independent, and to be on a side, group, etc. Through the relationship between the basic and extended meanings of the word berdiri, there are three metaphorically extended meanings and two metonymically extended meanings. This research only describes the individual meanings of the verbs tatsu and berdiri without comparing the two languages. Therefore, more specific and focused research, such as contrastive studies, is needed to identify the similarities and differences between the verbs tatsu and berdiri.
Item Type: | Thesis (S1) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Linguistik Kognitif, Polisemi, Semantik, Verba Cognitive Linguistics, Polysemitic, Semantics, Verbs |
Subjects: | L Education > L Education (General) P Language and Literature > P Philology. Linguistics P Language and Literature > PL Languages and literatures of Eastern Asia, Africa, Oceania |
Divisions: | Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra > Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang |
Depositing User: | Apsari |
Date Deposited: | 06 Sep 2024 08:09 |
Last Modified: | 06 Sep 2024 08:09 |
URI: | http://repository.upi.edu/id/eprint/123025 |
Available Versions of this Item
- TATSU DAN BERDIRI SEBAGAI POLISEMI: Kajian Linguistik Kognitif. (deposited 06 Sep 2024 08:09) [Currently Displayed]
Actions (login required)
View Item |