Rentina Sitinjak, - (2009) PENDEKATAN KOMUNIKATIF DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENDENGARKAN DAN BERBICARA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN. S1 thesis, Universitas Pendidikan Indonesia.
Text
s_plb_046149_table_of_content.pdf Download (242kB) |
|
Text
s_plb_046149_chapter1.pdf Download (294kB) |
|
Text
s_plb_046149_chapter2.pdf Restricted to Staf Perpustakaan Download (357kB) |
|
Text
s_plb_046149_chapter3.pdf Download (297kB) |
|
Text
s_plb_046149_chapter4.pdf Restricted to Staf Perpustakaan Download (371kB) |
|
Text
s_plb_046149_chapter5.pdf Download (242kB) |
|
Text
s_plb_046149_bibliography.pdf Download (246kB) |
Abstract
Anak tunagrahita karena keterbatasan kemampuan inteligensinya mengalami hambatan dalam bahasa. Hambatan bahasa yang dialami anak tunagrahita berupa gangguan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif. Bahasa reseptif mengacu kepada kemampuan mengolah dan memahami apa yang didengarkan. Bahasa ekspresif kemampuan yang diwujudkan dengan berbicara. Pelajaran bahasa pertama diperoleh dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan masyarakat penutur bahasa. Dalam pengajaran bahasa Indonesia, pembelajar diarahkan untuk menggunakan bahasa dalam berinteraksi. Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah belum menggunakan pendekatan yang jelas. Hal ini mengakibatkan anak tunagrahita ringan tindak mampu mencapai tujuan pengajaran bahasa Indonesia sesuai dengan kurikulum kelas IX SMPLB-C KTSP 2006. Menurut KTSP 2006 seorang anak tunagrahita ringan memiliki kemampuan mendengarkan apabila mampu menceritakan kembali dialog dan cerita yang didengarkan, sedangkan seorang anak tunagrahita ringan dikatakan memiliki kemampuan berbicara apabila mampu menceritakan gambar seri dengan bahasa sederhana sesuai dengan alur ceritanya. Namun berdasarkan observasi subjek yang diteliti belum mampu menceritakan dialog atau cerita yang didengarkan dan belum mampu menceritakan gambar seri dengan bahasa sederhana. Oleh karena itu ada kesenjangan antara kemampuan yang dimiliki anak dengan kemampuan yang ditetapkan dalam kurikulum. Kesenjangan tersebut dapat terjadi karena penggunaan pendekatan yang kurang tepat dalam pengajaran bahasa Indonesia. Pendekatan bertujuan agar siswa dapat dengan senang dan mudah menyerap pelajaran. Salah satu pendekatan yang tepat digunakan dalam pengajaran bahasa Indonesia adalah pendekatan komunikatif. Pendekatan komunikatif mempunyai hakikat bahwa bahasa adalah suatu sistem buat ekspresi makna Penelitian ini menggunakan metode Single Subject Research. Pengukuran peningkatan kemampuan mendengarkan menggunakan persentase dan kemampuan berbicara menggunakan frekuensi. Peningkatan kemampuan mendengarkan dan berbicara dianalisis melalui desain A-B-A. Dari data yang diperoleh menunjukkan adanya peningkatan persentase kemampuan mendengarkan setelah diberikan intervensi dari baseline-1 (A-1) ke baseline-2 (A-2) sebesar 66,6%, kemampuan berbicara mengalami peningkatan dari baseline-1 (A-1) ke baseline-2 (A-2) sebesar 31,25%. Data tersebut menjelaskan bahwa kemampuan mendengarkan dan berbicara mengalami peningkatan setelah menggunakan pendekatan yang tepat yakni dengan menggunakan pendekatan komunikatif.
Item Type: | Thesis (S1) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Pendekatan Komunikatif, Kemampuan Mendengarkan dan Berbicara, Anak Tunagrahita |
Subjects: | L Education > L Education (General) |
Divisions: | Fakultas Ilmu Pendidikan > Pendidikan Luar Biasa |
Depositing User: | Rika Maysani |
Date Deposited: | 16 Aug 2021 04:46 |
Last Modified: | 16 Aug 2021 04:46 |
URI: | http://repository.upi.edu/id/eprint/62606 |
Actions (login required)
View Item |