Aji, Roby (2015) RELEVANSI GAYA BAHASA GURINDAM DUA BELAS KARYA RAJA ALI HAJI DENGAN KRITERIA BAHAN AJAR PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI SMA. S1 thesis, Universitas Pendidikan Indonesia.
|
Text
S_IND_1005459_Title.pdf Download (234kB) | Preview |
|
|
Text
S_IND_1005459_Abstract.pdf Download (138kB) | Preview |
|
|
Text
S_IND_1005459_Table_of_content.pdf Download (206kB) | Preview |
|
|
Text
S_IND_1005459_Chapter1.pdf Download (159kB) | Preview |
|
Text
S_IND_1005459_Chapter2.pdf Restricted to Staf Perpustakaan Download (498kB) |
||
|
Text
S_IND_1005459_Chapter3.pdf Download (269kB) | Preview |
|
Text
S_IND_1005459_Chapter4.pdf Restricted to Staf Perpustakaan Download (1MB) |
||
|
Text
S_IND_1005459_Chapter5.pdf Download (148kB) | Preview |
|
|
Text
S_IND_1005459_Bibliography.pdf Download (213kB) | Preview |
|
Text
S_IND_1005459_Appendix.pdf Restricted to Staf Perpustakaan Download (128kB) |
Abstract
Gurindam Dua Belas telah dianggap sebagai bahan ajar tak tergantikan dalam pembelajaran gurindam, sehingga kualitasnya sering tak dipersoalkan lagi. Berlatarbelakang fenomena tersebut, penelitian ini dilakukan untuk menelaah kembali kesesuaian Gurindam Dua Belas sebagai bahan ajar. Penelitian ini menganalisis Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji dalam konteks pembelajaran di SMA. Secara rinci penelitian ini ditujukan untuk (1) mendeskripsikan gaya bahasa Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji berdasarkan analisis stilistika, (2) mendeskripsikan kriteria pemilihan bahan ajar pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA, dan (3) mendeskripsikan tingkat relevansi gaya bahasa Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji dengan kriteria pemilihan bahan ajar pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA. Metode yang digunakan ialah metode kualitatif yang bercorak deskriptif analisis. Pada penelitian ini dijelaskan bahwa Gurindam Dua Belas memiliki keutuhan wacana, diksi, dan struktur gramatika yang tidak lazim. Diksi Gurindam Dua Belas pada dasarnya didominasi oleh kosakata baku yang terdapat di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Namun demikian hampir di setiap gurindam, terdapat juga diksi-diksi yang penggunaan maupun bentuknya sudah tidak lazim digunakan dalam komunikasi bahasa Indonesia setakat ini. Struktur kalimat pada Gurindam Dua Belas sebagian besar dapat diidentifikasi sebagai kalimat majemuk yang kompleks, dengan demikian berpotensi menimbulkan kesulitan pada proses penafsiran siswa terhadap hubungan kata dalam baris-baris gurindam. Kosakata yang cenderung arkais, dapat menimbulkan kesulitan pada proses penafsiran makna kias dan perlambangan kata-kata. Sementara kalimat imperatif dapat menimbulkan efek larangan dan perintah yang menjadi penghambat minat siswa yang berada pada tahap generalisasi untuk menikmati gurindam. Maka berdasarkan kriteria pemilihan bahan ajar sastra yang dikemukakan B. Rahmanto, maka simpulan yang dihasilkan ialah bahwa aspek bahasa, psikologi, dan latar belakang budaya dalam Gurindam Dua Belas kurang relevan sebagai bahan ajar utama dalam pembelajaran gurindam di SMA. Gurindam Dua Belas has been considered as the irreplaceable lesson material for gurindam learning, thus the quality is unquestionable. Based on the phenomenon, the research is conducted to re-study the gurindam dua belas compatibility as lesson material. The study analyses Gurindam Dua Belas by Raja Ali Haji in high school learning context. Specifically the purpose of this study are (1) to describe figure of speech of Gurindam Dua Belas by Raja Ali Haji based on stylistic analysis, (2) to describe lesson material selection criteria in Bahasa dan Sastra Indonesia teaching learning processes, (3) to describe figure of speech relevance level in Gurindam Dua Belas by Raja Ali Haji with lesson material selection criteria of Bahasa dan Sastra Indonesia high school learning. The study uses qualitative descriptive analysis as the research methodology. The study reveals the unusual wholeness of discourse, diction, and grammatical structures in Gurindam Dua Belas. The dictions in Gurindam Dua Belas are fundamentally dominated by standardized vocabularies listed in Kamus Besar Bahasa Indonesia. However, in most of the gurindams, there are also some dictions which looking from the usage and form are not common to be used in Bahasa Indonesia communication in recent years. Sentence structures in Gurindam Dua Belas mostly identified as complex sentences, thus are potential to create difficulties in interpretation of words in each lines of the gurindam. The vocabularies which are archaic, could create misinterpretation on figurative and symbolic words. While imperative sentences imply prohibitions and commands barrier the interest of the students who are at the stage of generalization to enjoy gurindams. So based on the selection criteria for literature lesson materials stated by B. Rahmanto, then the resulting conclusion is that aspects of language, psychology, and cultural backgrounds in Gurindam Dua Belas are less relevant as the main teaching material in gurindam learning in high school.
Item Type: | Thesis (S1) |
---|---|
Additional Information: | No. Panggil: S_IND_ AJI r-2015; Pembimbing : I.Ma’mur Saadie |
Uncontrolled Keywords: | Relevansi Gaya Bahasa, Gurindam Dua Bekas, Sastra Indonesia, Pendidkan Menengah |
Subjects: | L Education > L Education (General) P Language and Literature > PQ Romance literatures |
Divisions: | Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra > Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia > Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia |
Depositing User: | Mr. Cahya Mulyana |
Date Deposited: | 26 Feb 2016 03:31 |
Last Modified: | 26 Feb 2016 03:31 |
URI: | http://repository.upi.edu/id/eprint/19369 |
Actions (login required)
View Item |