KONSEP KESEIMBANGAN ALAM DALAM CERITA RAKYAT TENTANG DANAU DI TASIKMALAYA SEBAGAI RUANG PENYADARAN KONSERVASI SUMBER DAYA AIR

Ridzky Firmansyah Fahmi, - (2022) KONSEP KESEIMBANGAN ALAM DALAM CERITA RAKYAT TENTANG DANAU DI TASIKMALAYA SEBAGAI RUANG PENYADARAN KONSERVASI SUMBER DAYA AIR. S3 thesis, Universitas Pendidikan Indonesia.

[img] Text
D_BIND_1502204_Title.pdf

Download (213kB)
[img] Text
D_BIND_1502204_Chapter1.pdf

Download (184kB)
[img] Text
D_BIND_1502204_Chapter2.pdf
Restricted to Staf Perpustakaan

Download (348kB)
[img] Text
D_BIND_1502204_Chapter3.pdf

Download (626kB)
[img] Text
D_BIND_1502204_Chapter4.pdf
Restricted to Staf Perpustakaan

Download (661kB)
[img] Text
D_BIND_1502204_Chapter5.pdf

Download (454kB)
[img] Text
D_BIND_1502204_Chapter6.pdf

Download (107kB)
[img] Text
D_BIND_1502204_Appendix.pdf
Restricted to Staf Perpustakaan

Download (2MB)
Official URL: http://repository.upi.edu/

Abstract

Disertasi ini berjudul “Konsep Keseimbangan Alam dalam Cerita Rakyat tentang danau di Tasikmalaya sebagai Ruang Penyadaran Konservasi Sumber Daya Air”. Cerita rakyat tentang danau yang dianalisis adalah cerita cerita Situ Gede, Situ Cibeureum, dan Situ Sanghyang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur teks cerita rakyat tentang Situ Gede, Situ Cibeureum, dan Situ Sanghyang; proses penciptaannya, konteks penuturannya, nilai cerita rakyat, fungsi cerita rakyat bagi masyarakat penuturnya, dan revitalisasi cerita rakyat sebagai ruang penyadaran konservasi sumber daya air. Teori yang digunakan untuk menganalisis data penelitian ialah teori tradisi lisan dan cerita rakyat. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan model revitalisasi. Struktur teks cerita rakyat dianalisis dengan menggunakan teori yang dikemukakan oleh Stanton dan A.J. Greimas. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, wawancara, dan angket. Alat pengumpulan data berupa catatan lapangan, kamera, dan alat rekam. Hasil analisis data menunjukkan struktur teks cerita rakyat menggunakan bahasa lisan sebagai media penyampaiannya. Bahasa lisan yang dianalisis yaitu alur yang menduduki kesatuan peristiwa. Konteks penuturan cerita rakyat Situ Gede bersifat terbuka dan profan. Sementara konteks penuturan cerita rakyat Situ Cibeureum dan Situ Sanghyang disertai ritual. Proses penciptaan cerita rakyat bersifat terstruktur dan pewarisannya bersifat vertikal. Fungsi cerita rakyat bagi masyarakat penuturnya ialah sebagai alat pendidikan, pengesah pranata sosial, hiburan, dan sumber perekonomian. Revitalisasi cerita rakyat dibuat dalam bentuk sanggar cerita, cerpen, dongeng digital, dan drama. Revitalisasi dibuat dalam bentuk digital dilakukan agar dampak revitalisasi dapat tersebar luas dan mudah diakses oleh masyarakat umum sebagai ruang penyadaran konservasi sumber daya air. Kata kunci: cerita rakyat, keseimbangan alam, ruang penyadaran konservasi sumber daya air This dissertation is entitled "The Concept of Natural Balance in Folklore about Lakes in Tasikmalaya as an Awareness Room for Water Resources Conservation". Folklore about the lake analyzed is the story of Situ Gede, Situ Cibeureum, and Situ Sanghyang. The purpose of this research is to find out the structure of the folklore text about Situ Gede, Situ Cibeureum, and Situ Sanghyang; the process of its creation, the context of the narrative, the value of folklore, the function of folklore for the community who speak it, and the revitalization of folklore as a space for awareness of water resources conservation. The theory used to analyze the research data is the theory of oral tradition and folklore. This research uses descriptive method and revitalization model. The structure of the folklore text was analyzed using the theory proposed by Stanton and A.J. Greimas. Data collection techniques used are observation, interviews, and questionnaires. Data collection tools in the form of field notes, cameras, and recording equipment. The results of data analysis show the structure of folklore texts using spoken language as a medium of delivery. The spoken language analyzed is the plot that occupies the unity of events. The context of the narrative of Situ Gede folklore is open and profane. Meanwhile, the context of the folklore of Situ Cibeureum and Situ Sanghyang is accompanied by rituals. The process of creating folklore is structured and its inheritance is vertical. The function of folklore for the community of speakers is as an educational tool, ratifying social institutions, entertainment, and an economic source. The revitalization of folklore is made in the form of story studios, short stories, digital fairy tales, and dramas. Revitalization is made in digital form so that the impact of revitalization can be widespread and easily accessible to the general public as an awareness space for water resource conservation. Keywords: folklore, natural balance, awareness for water resources conservation

Item Type: Thesis (S3)
Additional Information: https://scholar.google.com/citations?hl=en&user=_08XAgcAAAAJ#d=gs_hdr_drw&t=1663816643192
Uncontrolled Keywords: cerita rakyat, keseimbangan alam, ruang penyadaran konservasi sumber daya air
Subjects: L Education > L Education (General)
P Language and Literature > P Philology. Linguistics
Divisions: Sekolah Pasca Sarjana > Pendidikan Bahasa Indonesia S-3
Depositing User: Ridzky Firmansyah Fahmi
Date Deposited: 23 Sep 2022 03:29
Last Modified: 23 Sep 2022 03:29
URI: http://repository.upi.edu/id/eprint/82328

Actions (login required)

View Item View Item