KONSEPTUALISASI BUDAYA DALAM PERIBAHASA BANJAR BERTEMA PERKAWINAN: Kajian Linguistik Kultural

Ahmad Mubarok, - (2024) KONSEPTUALISASI BUDAYA DALAM PERIBAHASA BANJAR BERTEMA PERKAWINAN: Kajian Linguistik Kultural. S3 thesis, Universitas Pendidikan Indonesia.

[img] Text
D_LING_1707728_Title.PDF

Download (758kB)
[img] Text
D_LING_1707728_Chapter1.PDF

Download (455kB)
[img] PDF
D_LING_1707728_Chapter2.PDF
Restricted to Staf Perpustakaan

Download (6MB)
[img] PDF
D_LING_1707728_Chapter3.PDF

Download (6MB)
[img] PDF
D_LING_1707728_Chapter4.PDF
Restricted to Staf Perpustakaan

Download (6MB)
[img] PDF
D_LING_1707728_Chapter5.PDF

Download (6MB)
Official URL: https://repository.upi.edu

Abstract

Masyarakat Banjar memiliki tradisi lisan yang kuat dalam penggunaan peribahasa dalam kehidupan sehari-hari, yang berfungsi untuk mentransmisikan nilai-nilai dan norma sosial. Namun, penggunaan peribahasa ini semakin jarang ditemui, dan studi mendalam tentang bagaimana peribahasa mencerminkan konseptualisasi budaya serta nilai-nilai masyarakat Banjar masih terbatas. Isu pelestarian pengetahuan lokal menjadi semakin mendesak mengingat peribahasa Banjar kaya akan kearifan lokal dan mencerminkan pandangan dunia serta etika masyarakat. Untuk mengisi kekosongan ini, penelitian ini menganalisis 579 peribahasa Banjar dalam konteks perkawinan, guna memahami peran peribahasa dalam menjaga identitas budaya dan memperkuat kohesi sosial masyarakat Banjar. Penelitian ini mengadopsi paradigma kualitatif dengan menggunakan metode wawancara mendalam, observasi partisipatif, dan dokumentasi. Data primer dikumpulkan melalui wawancara dengan informan yang merupakan penduduk asli dari empat desa di Kalimantan Selatan, yaitu Desa Bincau, Desa Bincau Muara, Desa Sungai Mandala, dan Desa Sungai Garuda. Data utama terdiri dari peribahasa bertema perkawinan yang diperoleh dari wawancara dengan informan dan literatur tertulis. Informan termasuk tokoh adat dan masyarakat yang masih menggunakan peribahasa dalam kehidupan sehari-hari. Sumber data sekunder mencakup buku Peribahasa Banjar Urang Banjar dan Kamus Peribahasa Banjar. Penelitian menemukan bahwa jenis dan makna peribahasa Banjar bertema perkawinan terbagi menjadi sembilan kategori: Patatah-patitih (146 data, 22.92%), paumpamaan (115 data, 18.06%), ibarat (109 data, 17.11%), papadah (75 data, 11.77%), paribasa (65 data, 10.20%), kiasan (24 data, 3.77%), pamiu hahulutan (22 data, 3.45%), mamang papadah (18 data, 2.83%), dan gurindam (5 data, 0.78%). Penelitian ini juga menemukan bahwa konseptualisasi budaya dalam peribahasa Banjar bertema perkawinan mencakup Elemen dan Fenomena Alami, Lokasi dan Waktu, Fisik (Kondisi, bagian tubuh, sifat dan Warna), Hewan (Jenis, bagian dan aktivitas), Tumbuhan (Jenis, bagian dan aktivitas), Tindakan dan Aktivitas Manusia, Barang dan peralatan sehari-hari, Bangunan, Furnitur, dan Dekorasi, Makanan (Jenis dan Bahan), Organisasi Sosial dan Keluarga, Spiritual, Keberuntungan, dan Kehidupan. Total data yang merupakan level dasar yang ditemukan sebanyak 1.168 kata, menunjukkan bahwa perkawinan dalam masyarakat Banjar tidak hanya tentang penyatuan dua individu, tetapi juga tentang memelihara hubungan yang harmonis antara keluarga, komunitas, dan lingkungan. Terdapat nilai budaya pada peribahasa Banjar bertema perkawinan yang mencakup: nilai hakikat hidup manusia (171 data, 26.84%), nilai hakikat dari hubungan manusia dengan sesamanya (107 data, 16.80%), nilai hakikat karya manusia (244 data, 38.30%), nilai hakikat dari kedudukan manusia dalam ruang dan waktu (23 data, 3.61%), dan nilai hakikat dari hubungan manusia dengan alam sekitarnya (31 data, 4.87%). Penelitian ini berkontribusi pada pengembangan teori dalam bidang linguistik kultural, memberikan referensi penting untuk studi lebih lanjut tentang budaya dan bahasa Banjar, memperkaya pemahaman tentang interaksi antara bahasa dan budaya, serta memberikan dasar yang kuat untuk pengembangan teori dalam linguistik kultural. The Banjar community possesses a strong oral tradition in the use of proverbs in daily life, which serves to transmit social values and norms. However, the use of these proverbs has become increasingly rare, and in-depth studies on how proverbs reflect cultural conceptualization and the values of the Banjar society remain limited. The issue of preserving local knowledge is becoming increasingly urgent, considering that Banjar proverbs are rich in local wisdom and reflect the worldview and ethics of the community. To fill this gap, this study analyzes 579 Banjar proverbs related to marriage, aiming to understand the role of proverbs in preserving cultural identity and strengthening social cohesion within the Banjar community. This research adopts a qualitative paradigm using in-depth interviews, participatory observation, and documentation methods. Primary data were collected through interviews with informants who are native residents of four villages in South Kalimantan: Bincau Village, Bincau Muara Village, Sungai Mandala Village, and Sungai Garuda Village. The main data consist of marriage-themed proverbs obtained from interviews with informants and written literature. The informants include traditional leaders and community members who still use proverbs in their daily lives. Secondary data sources include the books Peribahasa Banjar Urang Banjar and Kamus Peribahasa Banjar. The study found that the types and meanings of Banjar proverbs themed around marriage are categorized into nine categories: Patatah-patitih (146 data, 22.92%), paumpamaan (115 data, 18.06%), ibarat (109 data, 17.11%), papadah (75 data, 11.77%), paribasa (65 data, 10.20%), kiasan (24 data, 3.77%), pamiu hahulutan (22 data, 3.45%), mamang papadah (18 data, 2.83%), and gurindam (5 data, 0.78%). This study also found that cultural conceptualization in Banjar proverbs related to marriage includes elements and natural phenomena, location and time, physical aspects (conditions, body parts, characteristics, and colors), animals (types, parts, and activities), plants (types, parts, and activities), human actions and activities, everyday objects and tools, buildings, furniture, and decorations, food (types and ingredients), social and family organization, spirituality, luck, and life. A total of 1,168 basic-level words were found, indicating that marriage in the Banjar community is not only about the union of two individuals but also about maintaining harmonious relationships between families, communities, and the environment. The cultural values in Banjar marriage-themed proverbs include: the value of the essence of human life (171 data, 26.84%), the value of the essence of human relationships with others (107 data, 16.80%), the value of the essence of human work (244 data, 38.30%), the value of the essence of human position in space and time (23 data, 3.61%), and the value of the essence of human relationships with the natural environment (31 data, 4.87%). This research contributes to the development of theory in the field of cultural linguistics, providing important references for further studies on Banjar culture and language, enriching the understanding of the interaction between language and culture, and providing a strong foundation for theoretical development in cultural linguistics.

Item Type: Thesis (S3)
Additional Information: https://scholar.google.co.id/citations?user=s-b2k1kAAAAJ&hl=en&oi=ao ID SINTA Dosen Pembimbing: Retty Isnendes: 5994546 Eri Kurniawan: 5994389
Uncontrolled Keywords: Konseptualisasi Perkawinan, Peribahasa Banjar, konseptualisasi budaya, Nilai Budaya, Linguistik Kultural Marriage Conceptualization, Banjar Proverbs, Cultural Conceptualization, Cultural Values, Cultural Linguistics
Subjects: P Language and Literature > P Philology. Linguistics
Divisions: Sekolah Pasca Sarjana > Linguistik S-3
Depositing User: Ahmad Mubarok
Date Deposited: 04 Sep 2024 04:47
Last Modified: 04 Sep 2024 04:47
URI: http://repository.upi.edu/id/eprint/122818

Actions (login required)

View Item View Item