IMPLEMENTASI ANALISIS POSISI PERENCANAAN STRATEGIK PEMERATAAN & PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN SD/MI DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH

Afif, Alfian (2013) IMPLEMENTASI ANALISIS POSISI PERENCANAAN STRATEGIK PEMERATAAN & PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN SD/MI DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH. S2 thesis, Universitas Pendidikan Indonesia.

[img]
Preview
Text
T_ADPEN_989640_Title.pdf

Download (251kB) | Preview
[img]
Preview
Text
T_ADPEN_989640_Abstract.pdf

Download (424kB) | Preview
[img]
Preview
Text
T_ADPEN_989640_Table_Of_Content.pdf

Download (363kB) | Preview
[img]
Preview
Text
T_ADPEN_989640_Chapter1.pdf

Download (931kB) | Preview
[img] Text
T_ADPEN_989640_Chapter2.pdf
Restricted to Staf Perpustakaan

Download (1MB)
[img]
Preview
Text
T_ADPEN_989640_Chapter3.pdf

Download (1MB) | Preview
[img] Text
T_ADPEN_989640_Chapter4.pdf
Restricted to Staf Perpustakaan

Download (1MB)
[img]
Preview
Text
T_ADPEN_989640_Chapter5.pdf

Download (1MB) | Preview
[img]
Preview
Text
T_ADPEN_989640_Chapter6.pdf

Download (459kB) | Preview
[img]
Preview
Text
T_ADPEN_989640_Bibliography.pdf

Download (321kB) | Preview
[img] Text
T_ADPEN_989640_Appendix.pdf
Restricted to Staf Perpustakaan

Download (816kB)

Abstract

Penelitian ini ditujukan untuk menemukan alternatif strategi atau prioritas program untuk pemerataan dan mutu pendidikan SD/MI di Propinsi Daerah Istimewa Aceh. Maksud tersebut didorong oleh kenyataan di lapangan bahwa: rata-rata angka partisipasi mumi (APM) 86% atau 13% dari penduduk 7-12 tahun belum sekolah, malah ada kabupaten yang APM nya hanya 67,5% atau 32,5% AUS 7-12 tahun belum sekolah. Sedangkan standar nilai ideal dan pencapaian rata-rata nasional APM mencapai 88,6% Pertanyaan yang diajukan daiam penelitian ini ialah: (1) gambaran eksternal pendidikan SD/MI; (2) gambaran internal pendidikan SDMI; dan (3) Prioritas program atau alternatif strategi daiam pencapain pemerataan dan mutu pendidikan SD/MI. Metode penelitian yang dipakai adalah kualitatif, yang bercirikan deskriptif analitik. Bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang status gejala pada saat penelitian untuk melihat kondisi apa yang ada dalam situasi. Teknik yang digunakan adalah wawancara, dokumentasi., dan observasi. Dari penelitian ini disimpulkan sebagai berikut: Pertama: posisi pemerataan pendidikan SD/MI di Aceh adalah: antara 86% s/d 103%. Posisi itu dibandingkan dengan standar nilai ideal yaitu 100% dan pencapaian rata- rata nasional yaitu: 88% s/d 103%. Rinciannya; angka partisipasi kasar 103%; angka partisipasi murni 86%; angka mengulang 90,15%; rasio siswa per sekolah 132%; rasio siswa per kelas 143%; rasio per guru 100%; rasio rombongan kelas per mang kelas 89%; dan rombongan kelas per guru 90%. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa pemerataan diposisikan ke dalam kekuatan pendidikan SD/MI di Aceh. Kedua: posisi mutu pendidikan SD/MI di Aceh adalah: antara 22% s/d 99,5%. Rinciannya: angka putus sekolah 99,5%; angka kelulusan 95,9%; angka mengulang 94%; guru yang layak 22,8%; fasilitas pendukung 22%; dan NEM 63%. Ketiga: peluang dari Faktor Eksternal Pendidikan SD/MI adalah: wilayah masih sangat luas dibandingkan dengan penduduknya dengan kepadatan 68 jiwa/km sedangkan secara nasional 118 jiwa/km, dan DI Yokyakarta 18.699 jiwa/km. Pertumbuhan penduduk 4,3%/th, kesehatan penduduk baik dibuktikan dengan harapan hidup 66 tahun, didukung 20 rumah sakit dan 212 puskesmas di 142 kecamatan. AUS 7-12 th 655.168 jiwa sedangkan jumlah SD/MI 3.64 7 unit atau 180 jiwa/SD. (Ideal 240) Penduduk bekerja 95,3%. Sebahagiar besar penduduk bekerja disektor pertanian, perikanan 23,9%. Propinsi Aceh juga memiliki ha. 1 pertanian, perikanan, peternakan yang melimpah. Industri besar sebanyak 132 unit dengan pekerja 19.488 jiwa Industri pertambangan minyak bumi dan gas juga ada Hal lainnya yang mendukung keberhasilan pendidikan adalah mayoritas penduduk beragama islam 94,8% serta taat beragama terbukti dengan adanya 4.918 mesjid/surau yang tersebar di 5.632 desa, berart hampir setiap desa memiliki mesjid/surau. Dari segi tranportasi, Aceh memilki 3.177 km jalan didalam wilayah 56.566 km2, berarti dalam wilayah 17,8 km2 terdapat 1 km jalan. Disampiing itu memiliki 14.235 unit angkutan umum, berarti tiap 269 jiwa terdapat 1 angkutan umum. Dalam 55 penduduk terdapat sebuah pesawat telepoa Keempat: Tantangan dari Faktor Eksternal Pendidikan SD/MI adalah: Akibat luasnya wilayah dan berbukit-bukit, penduduk bermukim tidak merata, berpencar-pencar cendrung terisolir, Selain itu pendidikan penduduk atau orang tua murid relatif rendah, lebih rendah atau tidak atmat SLTA sebanyak 83% selebihnya tamat SLTA atau dialasnya hanya 17% dari seluh penduduk. Kondisi keamanan yang tidak kondusif sejak dua tahun terakhir sangat mempengaruhi perekonomian penduduk dan kesempatan belajar anak. Penduduk miskin masih relatif abnyak yaitu 37,3% yang berada di 1.026 desa atau 18,2% dari 5.632 desa Daerah Aceh yang subur dimana penduduknya tercukupi kebutuhannya membuat sebagian penduduk cendrung malas dan rendahnya semangat belajar. Banyak daerah terpencil, berjauhan, jarak antar desa berjauhan, jalan kurang dan angkutan sangat kurang. Kelima: Kekuatan dari Faktor Internal Pendidikan SD,(MI, adalah: Faktor atau indikator yang menjadi kekuatan dari keberhasilan pendidikan khususnya pendidikan di SD/MI di Aceh antara lain ; angka partisipasi murni (APM) yang mencapai 86 % dan angka partisipasi aksar (APK) nya 103 % dibandingkan APK dan APM nasional yaitu 102,9 % dan 88,6 %. Indikator lainnya adalah angka melanjutkan (AM) mencapai 90,15 % lebih dari tingkat nasional yang hanya 80,08 %.Rasio siswa/sekolah 181 idealnya 240, siswa/kelas 28 idealnya 40, siswa/guru 25 idealnya 25, kelas/RK 1,12 idealnya 1, kelas/guru 0,9 idealnya l.Hal lainnya adalah angka mengulang 6,01, putus sekolah 0,66 %, dan lulus SD 95,89 % sedangkan tingkat nasional masing- masing 4,65 %, 0,99 %, 101,76 %. Lainnya guru yang tidak layak mengajar dari segi ijazah hanya tinggal 3,61 % malah di Sabang, B.Aceh, ABarat dan A Tenggara tidak ada lagi sama sekali. Di Sabang guru yanc layak mencapai 90,3 %. NEM rata-rata 6,31 diatas nasional 6,19, di Banda Aceh mencapai 8,3, Pidie 7,0. Keenam: Kelemahan lari faktor Internal Pendidikan SD/MI adalah: Ternyata masil ada 13 % dari AUS 7-12 th yang belum sekolah, malah di Sabang 32,5 % dan Aceh Tenggara 25,5 %. Disamping masih ada sekitar 9,85 % atau 6.704 lulusan SD/MI yang tidak melanjutkan ke SLTP/MI , malah d? Aceh Timur 24,9 % dan ABarat 24,7 %. Jika dilihat adri standarnya jumlah SD/MI sudah belebih sekitar 913 unit, di Sabang per SD/MI hanya diisi 94 siswa idealnya 240, tiap kelasnya hanya diisi 8 siswa idealnya 40. Sebaliknya di Sabang itu pula kekurangan ruang kelas RK (ra^'o 1 : 2). Hal itu akibat banyaknya rombongan kelas namun kelas tersebut kecil biasanya d SD/MI yang terpencil. Sebaliknya di A.TImur kekurangan guru, rsionya 32 sis/guru idealnya 25. Fenomena tersebut diatas akibat kondisi geografis dan tidak meratanya penyebaran penduduk. Kendala lainnya di ASelalan angka mengulangnya realtif besar 8,6 %, putus sekolah di Sabang mencapai 4,74 % dan di A.Selatan yang tidak lulus sampai 13,2 %. Fasilitas pustaka hanya 22 %, lapangan olah raga juga 22 % dan unit kesehatan sekolah 8,7 % dari umlah sekolah yanga ada Guru yang layak mengajar hanya 22,82 %, semi layak sampai 73,57 %, dan tidak layak masih 3,61 %. MEM di A.Utara hanya 4,78, ATenggara 5,4 dan A.Selatan 5,8. Rekomendasi yang diajukan dalam penelitian ini adalah. Program Pemetaan (mapping school) kembali lokasi SD/MI sesuai jumlah AUS 7-12 dan kondisi geografis, khususnya untuk Kota Sabang. Kemudian pemerintah perlu membangun SD kecil dan sistem .guru kunjung untuk daerah terpencil/terisolir dan berpenduduk relatif sedikit,. Yang sudah ada SD/MI namun kekurangan murid, jadikan SD kecil. Jika satu lokasi terdapat beberapa SD namun kekurangan murid dapat dimerger. Terutama di Kota Sabang. Sedangkan untuk daerah padat penduduk diperkotaan perlu dibangun SD plus yang adapt menampung banyak siswa dan fasilitas cukup. Untuk daerah yang berpenduduk relatif miskin dan terpencil, (Sabang, Aceh Tenggara) perlu diberikan beasiswa, bebaskan biaya, beri bantuan fasilitas buku, pakaian. dll. Kemudian kepada orang tua murid berpendidikan relatif rendah (<SMA) perlu ditingkatkan penyuluhan/penerangan mengenai persepsi pentingnya pendidikan bagi masa depan melalui penceramah agama khusus untuk daerah Sabang, Aceh Tenggara (APM) Aceh Timur, Aceh Barat (AM) Aceh Selatan (ulangjulus) Untuk daerah yang angka melanjutkannya rendah, perlu dibangun SMP kecil/terbuka dan guru kunjung untuk dati n yang AMnya rendah terutama ATimur dan A Barat. Untuk daerah terpencil juga perlu diaktifkan paket A dan paket B. untuk dati H yang APM,AM, lulusnya rendah dan ulang, putus tinggi seperti Sabang, Aceh Tenggara (APM) Aceh Timur' Aceh Barat (AM) Aceh Selatan (ulang,lulus) Untuk guru SD/MI yang berlebih seperti di Sabang perlu mutasikan ke daerah yang kekurangan guru seperti di ATimur,A.Utara dan Pidie yang masih kekurangan guru SD. Untuk daerah yang NEM nya rendah perlu ditinmgkatkan dengan penataran guru SD/MI yang lebih intensif serta libatkan orang tua dalam mengawasi belajar siswa Kepada pemerintah juga disarankan untuk dapat mengprogramkan pengadaan pustaka, lapangan OR, UKS disetiap SD/MI. Sedangkan kepada pihak yang bertikai hendaknya menciptakan keamanan yang kondusif demi kelangsungan pendidikan anak-anak dan perbaikan ekonomi rakyat Yang terakhir, demi kemajuan pendidikan kiranya perlu dilibatkan masyarakat dalam program pembangunan pendidikan Untuk keberhasilan pendidikan, pemerintah perlu meningkatkan sarana jalan dan usaha bis sekolah untuk daerah yang kurang angkutan umum yang melewati sekolah.

Item Type: Thesis (S2)
Subjects: Universitas Pendidikan Indonesia > Sekolah Pasca Sarjana > Administrasi Pendidikan S-2
Divisions: Sekolah Pasca Sarjana > Administrasi Pendidikan S-2
Depositing User: Riki N Library ICT
Date Deposited: 30 Aug 2013 18:51
Last Modified: 30 Aug 2013 18:51
URI: http://repository.upi.edu/id/eprint/1202

Actions (login required)

View Item View Item