Dheka Dwi Agusti N, - (2008) BABALIKAN PUNGKAS-MUHU (REPETISI ANADIPLOSIS) SEBAGAI SIMBOL SENI PRAMODERN SUNDA : KAJIAN HERMENEUTIKA TERHADAP KA WIHKA ULINAN BUDAK DAN JAMPE POKO. S1 thesis, Universitas Pendidikan Indonesia.
Text
S_IND_040520_Title.pdf Download (632kB) |
|
Text
S_IND_040520_Chapter 1.pdf Download (520kB) |
|
Text
S_IND_040520_Chapter 2.pdf Restricted to Staf Perpustakaan Download (730kB) |
|
Text
S_IND_040520_Chapter 3.pdf Download (387kB) |
|
Text
S_IND_040520_Chapter 4.pdf Restricted to Staf Perpustakaan Download (2MB) |
|
Text
S_IND_040520_Chapter 5.pdf Download (128kB) |
|
Text
S_IND_040520_Appendix.pdf Restricted to Staf Perpustakaan Download (722kB) |
Abstract
Penelitian yang berjudul Babalikan Pungkas-Muhu (Repetisi Anadiolosis) sebagai Simbol Seni Pramodem Sunda (Kajian Hermeneutika terhadap Kawih Kaulinan Budak dan Poko Jampe) ini dilatarbelakangi oleh ketertarikan penulis terhadap artefak budaya Sunda yang berbentuk gaya bahasa babalikan pungkasmuhu yang merupakan perulangan bunyi, suku kata, kata atau bahkan frasa akhir sebuah larik yang digunakan kembali sebagai awaJ bunyi, suku kata, kata atau bahkan frasa larik selanjutnya. Penelitian ini penulis lakukan sebagai upaya inventarisasi dan dokumentasi babalikan pungkas-muhu, gaya bahasa yang terdapat dalam kawih kaulinan budak fan pokojampe sebagai bentuk folklox lisan Sunda. Kemudian, menggali makna dan hakikat simbol yang dapat merepresentasikan pola pikir komunitas penghasil simbol tersebut yaitu masyarakat pramodem Sunda, Penelitian deskriptif yang dilakukan ini bersifat kualitatif. Interpretasi sinkronik yang penulis lakukan berupaya menafsirkan simbol berdasarkan pada latar atau habitat budayanya sendiri. Secara sederhana penelitian dilakukan dalam tiga tahap: pengumpulan data, anaiisis, dan penulisan laporan. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa fungsi simbol dalam masyarakat pramodem Sunda adalah sebagai media penghimpun daya-daya (transenden). Interpretasi penulis terhadap simbol yang berupa gaya bahasa babalikan pungkas-muhu ini adalah mengenai emanasi Tuhan yang kemudian menghasilkan pluralitas, pluralitas menghasilkan hal-hal yang paradoks, dan hallud (dualisme atau alam papasangan) yang paradoks ini dapat menghadirkan entitas ketiga yaitu daya-daya (transenden) yang diperlukan manusia untuk memperoleh keseimbangan hidup. Bagi manusia pramodem, dirinya adalah bagian dari alam semesta, dan semesta itu hidup sebagaimana ada kehidupan yang dijalani oleh dirinya. Hal ini merupakan wujud dari sistem kepercayaan dan pengetahuan masyarakat pramodem Sunda, pola pikir nenek moyang kita, yang mana dari merekalah kita lahir dan berkembang. Meneliti simbol-simbol kebudayaan tradisional yang berwujud gaya bahasa belum banyak dilakukan, padahal seperti apa yang dikatakan oleh para ahli bahasa Gorys Keraf, Henry Guntur Tarigan, Ahmad Badrun, dan Yus Rusyana bahwa gaya bahasa adalah bentuk ungkapan diri melalui bahasa, yang dapat pula membangkitkan imajinasi, dan digunakan untuk mencapai efek tertentu. Oleh karena itu, kita dapat menggali banyak hal terutama yang berkaitan dengan sejarah diri kitamelalui gaya bahasa.
Item Type: | Thesis (S1) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | kawih kaulinan budak dan jambe poke |
Subjects: | L Education > L Education (General) |
Divisions: | Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra > Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia > Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia |
Depositing User: | Putri Armeilani Mustofa |
Date Deposited: | 21 Sep 2022 09:18 |
Last Modified: | 21 Sep 2022 09:18 |
URI: | http://repository.upi.edu/id/eprint/81229 |
Actions (login required)
View Item |