DAMPAK AMALGAMASI ETNIS SUNDA DAN MINANG PADA SISTEM KEKERABATAN MATRILINEAL PERAN MAMAK DAN KEMENAKAN (Studi Deskriptif pada pasangan Sunda-Minang yang Menetap di Kota Bandung)

Aulia Syahdita, - (2020) DAMPAK AMALGAMASI ETNIS SUNDA DAN MINANG PADA SISTEM KEKERABATAN MATRILINEAL PERAN MAMAK DAN KEMENAKAN (Studi Deskriptif pada pasangan Sunda-Minang yang Menetap di Kota Bandung). S1 thesis, Universitas Pendidikan Indonesia.

[img] Text
S_SOS_1601107_Title.pdf

Download (510kB)
[img] Text
S_SOS_1601107_Chapter1.pdf

Download (183kB)
[img] Text
S_SOS_1601107_Chapter2.pdf
Restricted to Staf Perpustakaan

Download (227kB)
[img] Text
S_SOS_1601107_Chapter3.pdf

Download (202kB)
[img] Text
S_SOS_1601107_Chapter4.pdf
Restricted to Staf Perpustakaan

Download (402kB)
[img] Text
S_SOS_1601107_Chapter5.pdf

Download (140kB)
[img] Text
S_SOS_1601107_Appendix.pdf
Restricted to Staf Perpustakaan

Download (2MB)
Official URL: http://repository.upi.edu

Abstract

Pernikahan amalgamasi antara Etnis Sunda dan Minangkabau memiliki sistem kekerabatan berbeda. Etnis Sunda dengan sistem kekerabatan bilateral dan Minang dengan sistem kekerabatan matrilinieal. Dalam sistem kekerabatan suku Minang terdapat peran mamak (paman) jo kemanakan (keponakan). Seorang mamak memiliki tanggung jawab atas penanaman nilai moral kemenakannya. Namun yang terjadi di lapangan, etnis Minang yang menikah dan menetap di perantauan khususnya Kota Bandung, mamak tidak lagi mejalankan kewajibannya terhadap kemenakan. Penyebabnya karena pengaruh sistem kekerabatan sunda yang bilateral dan jarak Salah satu faktor penyebabnya yaitu karena terpengaruh oleh sistem kekerabatan Sunda yang bilateral dan keterbatasan jarak antara mamak dan kemenakan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui dampak dari pernikahan amalgamasi terhadap sistem kekerabatan khususnya peran mamak dan kemenakan. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan metode deskriptif dengan pengumpulan data wawancara, observasi, dan studi literatur. Diketahui terjadinya pernikahan amalgamasi terjadi karena adanya faktor pendorong yaitu pria Minang yang merantau dan penarik yaitu ketertarikan pada kepribadian pasangan. Pernikahan amalgamasi ini memiliki dampak mamak dan kemenakan hanya sebagai sebutan antara om dan keponakan tanpa ada penanaman moral dari mamak. Hal ini terjadi karena mamak sudah jarang berkunjung ke rumah kamenakannya untuk memastikan keadaan kemenakannya, kewajiban untuk mendidik kemenakannya telah diambil alih oleh orang tua kemenakan, dan kecenderungan untuk hidup dalam aturan keluarga baru semakin meningkat. Adapun upaya yang dilakukan yaitu mamak meminta anak dan istri serta keluarga besar untuk membantunya memperhatikan kemenakan. Kata Kunci: Etnis Minang, Etnis Sunda, Pernikahan Amalgamasi, Sistem Kekerabatan. ABSTRACT Amalgamated marriages between Sundanese and Minangkabau ethnicities have a different kinship system. Sundanese ethnicity with a bilateral kinship system and Minang with a matrilinieal kinship system. In the Minang kinship system there is the role of mamak (uncle) jo kemanakan (nephew or niece). A mamak has the responsibility of cultivating the moral values of his kemenakan. However, what happened in the field was that the Minang ethnic group who married and settled overseas, especially in Bandung City, no longer carried out their obligations to their kemenakan. The cause is due to the influence of the bilateral Sundanese kinship system and distance. One of the contributing factors is that it is influenced by the bilateral Sundanese kinship system and the limited distance between mamak and kenenakan. The purpose of this study was to determine the impact of amalgamated marriages on the kinship system, especially the roles of mamak and kemenakan. By using a qualitative approach and descriptive methods with data collection interviews, observations, and literature studies. It is known that the occurrence of amalgamated marriages occurs because of the factor of wandering and attraction to the partner's personality. This amalgamation of marriage has a mamak and kemenakan effect only as a term between uncle and nephew or niece without any moral cultivation from the mamak. This happened because the mamak rarely visited his kamenakan house to ascertain the condition of his kemenakan, the obligation to educate his kemenakan had been taken over by the kemenakan's parents, and the tendency to live under new family rules was increasing. The efforts made by mamak were that the mamak asked his children and wife and extended family to help him pay attention to his nephews. Keywords: Amalgamated Marriage, Kinship System, Minang Ethnicity, Sundanese Ethnicity.

Item Type: Thesis (S1)
Uncontrolled Keywords: Amalgamated Marriage, Kinship System, Minang Ethnicity, Sundanese Ethnicity.
Subjects: H Social Sciences > HM Sociology
L Education > L Education (General)
Divisions: Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial > Sosiologi
Depositing User: Aulia Syahdita
Date Deposited: 08 Feb 2021 06:06
Last Modified: 08 Feb 2021 06:06
URI: http://repository.upi.edu/id/eprint/58970

Actions (login required)

View Item View Item