Marni Sarpina, - (2018) TRADISI BERPANTUN DALAM ADAT PERKAWINAN MELAYU RIAU SERTA PEMANFAATANNYA SEBAGAI BUKU PENGAYAAN PENGETAHUAN DI SMA. S2 thesis, Universitas Pendidikan Indonesia.
Text
T_B.IND_1603048_Title.pdf Download (149kB) |
|
Text
T_B.IND_1603048_Abstract.pdf Download (107kB) |
|
Text
T_B.IND_1603048_Table_of_Content.pdf Download (204kB) |
|
Text
T_B.IND_1603048_Chapter1.pdf Download (431kB) |
|
Text
T_B.IND_1603048_Chapter2.pdf Restricted to Staf Perpustakaan Download (571kB) |
|
Text
T_B.IND_1603048_Chapter3.pdf Download (491kB) |
|
Text
T_B.IND_1603048_Chapter4.pdf Restricted to Staf Perpustakaan Download (1MB) |
|
Text
T_B.IND_1603048_Chapter5.pdf Download (318kB) |
|
Text
T_B.IND_1603048_Chapter6.pdf Download (331kB) |
|
Text
T_B.IND_1603048_Bibliography.pdf Download (433kB) |
|
Text
T_B.IND_1603048_Appendix.pdf Restricted to Staf Perpustakaan Download (732kB) |
Abstract
Tradisi berpantun adalah salah satu dari lima pilar seni yang ada di bumi Melayu Riau, yakni seni sastra. Tradisi berpantun sebagai bentuk seni sastra merupakan salah satu wujud komunikasi lisan dalam menyampaikan pesan, keinginan, ataupun nasehat pada kesempatan tertentu dengan menggunakan pantun sebagai medianya. Penggunaan pantun bagi masyarakat Melayu Riau terdapat dalam berbagai siklus kehidupan, mulai dari kelahiran; masa bayi; kanak-kanak; remaja; hingga dewasa yang sejatinya tak pernah lepas dari berbagai ritual dan upacara adat. Seiring perkembangan zaman, keberadaan tradisi berpantun pun mulai terpinggirkan. Hal inilah yang menjadi alasan kuat untuk melakukan penelitian ini dengan tujuan mengkaji struktur perfomansi, proses penciptaan dan pewarisan, fungsi dan nilai-nilai kehidupan, struktur teks pantun, dan pemanfaatan hasil penelitian sebagai buku pengayaan pengetahuan. Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif deskriptif. Data dikumpulkan melalui teknik observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Hasil analisis data ditemukan: 1) struktur perfomansi tradisi berpantun yang berada pada konteks adat perkawinan Melayu terdiri dari serangkaian komponen, yakni identitas dan peran partisipan, alat ekspresif yang digunakan, interaksi sosial, rangkaian tindakan, teks, konteks, dan ko-teks yang bersifat saling memengaruhi; 2) proses penciptaan pantun terjadi secara spontan dan terstruktur, serta pewarisan pantun terjadi secara vertikal dan horizontal; 3) tradisi berpantun memiliki empat fungsi, yakni fungsi estetis, fungsi pragmatis, fungsi etis dan fungsi historis. Nilai-nilai yang berhubungan dengan tata krama, kesopanan, etika bergaul, budaya, merupakan nilai-nilai yang sengaja ditonjolkan dalam pantun; 4) struktur teks pantun mengunakan frasa-frasa sederhana, cenderung melesapkan unsur subjek, dan fungsi yang ingin ditonjolkan adalah fungsi predikat yang berperan menunjukkan suatu tindakan atau perbuatan. Diksi menggunakan bahasa Melayu tempatan, kata-kata bersifat denotatif dan tidak begitu menonjolkan unsur majas.;--Tradition berpantun is one of the five pillars of art in Riau Malay earth, the literary arts. Tradition berpantun as a form of literary art is one form of oral communication in conveying messages, desires, or advice on certain occasions by using pantun as the medium. The use of pantun for the Riau Malay society is found in various life cycles, from birth; infancy; childhood; adolescence; to adult that true never separated from various rituals and ceremonies. Along with the times, the existence of traditions berpantun began marginalized. This is a strong reason for conducting this research with the aim of studying the structure of performance, creation and inheritance processes, functions and values of life, the structure of pantun texts, and the use of research results as a book of knowledge enrichment. The research was conducted by qualitative descriptive method. Data were collected through observation techniques, interviews and documentation studies. The results of the data analysis are found: 1) the structure of perfomasian pantun tradition that is in the context of Malay marriage custom consists of a series of components, namely the identity and role of participants, expressive tools used, social interaction, action sequences, text, context, and co-text that are mutually influential; 2) the creation process of the pantun occurs spontaneously and structured, and the inheritance of the pantun occurs vertically and horizontally; 3) berpantun tradition has four functions, namely aesthetic functions, pragmatic functions, ethical functions and historical functions. Values relating to etiquette, modesty, ethical association, culture, are values deliberately highlighted in pantun; 4) the structure of pantun text using simple phrases, tends to dissolve the subject element, and the function to be highlighted is a predicate function that plays a role or action. Diction using local Malay language, words are denotative and not so highlight the element of the figurative language.
Item Type: | Thesis (S2) |
---|---|
Additional Information: | No. Panggil : T B.IND MAR t-2018; Pembimbing : I. Sumiyadi, II. Iskandarwassid; NIM : 1603048 |
Uncontrolled Keywords: | tradisi berpantun, adat perkawinan Melayu, buku pengayaan,tradition of berpantun, Malay marriage customs, enrichment books |
Subjects: | P Language and Literature > P Philology. Linguistics |
Divisions: | Sekolah Pasca Sarjana > Pendidikan Bahasa Indonesia S-2 |
Depositing User: | Agung Rizki Sulistino |
Date Deposited: | 14 Aug 2019 06:10 |
Last Modified: | 14 Aug 2019 06:10 |
URI: | http://repository.upi.edu/id/eprint/37822 |
Actions (login required)
View Item |