eprintid: 97964 rev_number: 11 eprint_status: archive userid: 196197 dir: disk0/00/09/79/64 datestamp: 2023-08-27 03:42:28 lastmod: 2023-08-27 03:42:28 status_changed: 2023-08-27 03:42:28 type: thesis metadata_visibility: show creators_name: Aditya W. Wardhana, - creators_nim: NIM033277 creators_id: - contributors_type: http://www.loc.gov/loc.terms/relators/THS contributors_type: http://www.loc.gov/loc.terms/relators/THS contributors_name: Helius Syamsudin, - contributors_name: Erlina Wiyanarti, - contributors_nidn: - contributors_nidn: NIDN0018076204 contributors_id: - contributors_id: - title: KONTROVERSI ANTARA SANJAYAWANGSA DAN SAILENDRAWANGSA DI KERAJAAN MATARAM HINDU JAWA TENGAH ABAD KE 8-10 MASEHI ispublished: pub subjects: D1 subjects: D111 divisions: sej full_text_status: public keywords: Sanjayawangsa, Sailendrawangsa, Kerajaan Mataram Hindu note: ID SINTA Dosen Pembimbing: Erlina Wiyanarti : 5992644 abstract: Skripsi ini berjudul “Kontroversi antara Sanjayawangsa dan Sailendrawangsa di Kerajaan Mataram Hindu Jawa Tengah Abad ke 8-10 Masehi”. Dalam penelitiannya penulis menggunakan metode sejarah, yaitu proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau (Gottschalk, 1986: 32). Adapun teknik penelitian yang digunakan oleh penulis adalah teknik penelitian dengan menggunakan dokumen, yaitu suatu teknik penelitian ilmiah dengan memanfaatkan dokumen yang berupa buku-buku maupun artikel ilmiah yang berkaitan langsung dengan obyek penelitian (Sugiyono, 2006: 270). Berdasarkan penelitian yang telah penulisan lakukan, didapatlah hasil-hasil penelitian sebagai berikut. Adanya hubungan historis antara Kerajaan Galuh, Sunda, Sriwijaya, dan Kalingga dengan Kerajaan Mataram Hindu di Jawa Tengah dari segi Geopolitik pada masa relatif bersamaan. Penulis telah membuktikan bahwa tokoh Sanjaya yang terdapat dalam Prasasti Canggal (732 M) dan Prasasti Kedu (907 M) adalah tokoh yang sama dalam Carita Parahyangan yaitu Rahyangta Sanjaya dan Prasasti Wanua Tengah III (sebagai Rakai i Hara), Sanjaya berasal dari Kerajaan Galuh di Ciamis, Jawa Barat. Tokoh Tejahpurna Panangkaran yang terdapat dalam Prasasti Kedu (907M) dan Prasasti Kalasan (778 M) merupakan tokoh yang sama dengan Sankhara dalam Prasasti Sankhara dan Naskah Wangsakerta. Slamet Muljana (2006a) menggunakan Prasasti Gata dan Taji Gunung sebagai sumber utama untuk membuktikan bahwa Panangkaran adalah raja Sailendra yang menaklukkan Sri Maharaja Daksottamabahubajrapratipaksaksaya dari Sanjayawangsa. Namun berdasarkan kajian ulang atas kedua prasasti di atas, penulis membantah teori tersebut. Penulis meyakini bahwa antara Sanjaya yang disebut pertama dan Panangkaran yang disebut kedua dalam daftar nama-nama raja yang pernah memerintah Medang (Mataram) pada Prasasti Kedu pernah terjadi transfer of authority (penyerahan kekuasaan) dari Sanjaya kepada Panangkaran secara damai dan wajar. Munculnya Sailendrawangsa di Kerajaan Mataram Hindu Jawa Tengah bermula dari datangnya tokoh Dapunta Selendra dalam Prasasti Sojomerto di pesisir utara Jawa Tengah pada sekitar awal abad ke-7 M. Kedatangannya sehubungan dengan usaha Sriwijaya untuk menaklukkan Bhumi Jawa dalam Prasasti Kota Kapur (606 M) yang tidak lain adalah Kerajaan Kalingga. Kerajaan Mataram Hindu di Jawa Tengah, merupakan penerus dari Kerajaan Kalingga. Pada saat Mataram Hindu dipimpin oleh Rakai Panangkaran, Budha Mahayana menjadi agama negara, sehingga Ia menjadi permata Wangsa Sailendra dalam Prasasti Kalasan. Kerajaan Mataram Hindu mewarisi wilayah kekuasaan Kerajaan Kalingga yang meliputi Mataram di utara dan Sambhara di selatan. Wilayah Mataram menjadi milik Sanjayawangsa yang masih setia kepada Hindu-Siwa dan wilayah Sambhara menjadi milik Sailendrawangsa yang beragama Budha Mahayana. Kedua wangsa yang berbeda agama itu pernah bersatu pada masa Sri Maharaja Rakai Pikatan dari Sanjayawangsa yang menikahi Putri Pramodawardhani dari Sailendrawangsa. Kerajaan Mataram Hindu di Jawa Tengah berakhir pada masa Sri Maharaja Dyah Wawa, hal itu terjadi karena meletusnya Gunung Merapi pada sekitar abad ke-10 M yang telah dibuktikan dalam penelitian Geologi oleh R.W. van Bemmelen (1949). Berdasarkan temuan-temuan yang penulis dapatkan, penulis dalam kesempatan ini ingin memberikan saran kepada sidang pembaca pada umunya dan peminat Sejarah Indonesia Kuna pada khususnya, bahwa dalam kajian tentang Sejarah Indonesia Kuna sudah selayaknyalah digunakan pula sumber sekunder berupa naskah kuna dengan tujuan menambah informasi yang date: 2008-12-24 date_type: published institution: Universitas Pendidikan Indonesia department: KODEPRODI87201#Pendidikan_Sejarah_S1 thesis_type: other thesis_name: other official_url: http://repository.upi.edu related_url_url: http://perpustakaan.upi.edu related_url_type: org citation: Aditya W. Wardhana, - (2008) KONTROVERSI ANTARA SANJAYAWANGSA DAN SAILENDRAWANGSA DI KERAJAAN MATARAM HINDU JAWA TENGAH ABAD KE 8-10 MASEHI. S1 thesis, Universitas Pendidikan Indonesia. document_url: http://repository.upi.edu/97964/1/s_sej_033277_table_of_content.pdf document_url: http://repository.upi.edu/97964/2/s_sej_033277_chapter1.pdf document_url: http://repository.upi.edu/97964/3/s_sej_033277_chapter3.pdf document_url: http://repository.upi.edu/97964/4/s_sej_033277_chapter5.pdf document_url: http://repository.upi.edu/97964/5/s_sej_033277_bibliography.pdf