eprintid: 146160 rev_number: 53 eprint_status: archive userid: 221633 dir: disk0/00/14/61/60 datestamp: 2025-12-29 07:29:03 lastmod: 2025-12-29 07:29:03 status_changed: 2025-12-29 07:29:03 type: thesis metadata_visibility: show creators_name: Muhammad Najamudin, - creators_name: Yudi Sukmayadi, - creators_name: Juju Masunah, - creators_name: Tri Karyono, - creators_nim: NIM2318046 creators_nim: NIDN0026037301 creators_nim: NIDN0017056303 creators_nim: NIDN0007116608 creators_id: muhammadnajamudin@upi.edu creators_id: yudi.sukmayadi@upi.edu creators_id: jmasunah@upi.edu creators_id: tri3karyono@upi.edu contributors_type: http://www.loc.gov/loc.terms/relators/THS contributors_type: http://www.loc.gov/loc.terms/relators/THS contributors_type: http://www.loc.gov/loc.terms/relators/THS contributors_name: Yudi Sukmayadi, - contributors_name: Juju Masunah, - contributors_name: Tri Karyono, - contributors_nidn: NIDN0026037301 contributors_nidn: NIDN0017056303 contributors_nidn: NIDN0007116608 contributors_id: yudi.sukmayadi@upi.edu contributors_id: jmasunah@upi.edu contributors_id: tri3karyono@upi.edu title: ETNOPEDAGOGIK MUSIK KUNGKURUNG PADA MASYARAKAT AGRARIS DI KALIMANTAN SELATAN ispublished: pub subjects: L1 subjects: LC5201 subjects: NX divisions: SPS_PS full_text_status: restricted keywords: Etnopedagogik, Etnomusikologi, Kungkurung, Masyarakat Agraris, Kalimantan Selatan, Pendidikan Seni. Ethnopedagogy, Ethnomusicology, Kungkurung, Agrarian Community, South Kalimantan, Arts Education. note: https://scholar.google.com/citations?user=0KNDQwIAAAAJ&hl=id&oi=ao ID Sinta Dosen Pembimbing Yudi Sukmayadi 6100381 Juju Masunah 258201 Tri Karyono 6107747 abstract: Penelitian ini mengkaji musik kungkurung sebagai lambang budaya sekaligus wujud kearifan lokal dalam tradisi pertanian berkelanjutan pada masyarakat agraris di Kalimantan Selatan melalui perspektif etnopedagogi dan etnomusikologi. Fokus tiga hal yaitu: 1). karakteristik dan bentuk pertunjukan, 2). proses internalisasi nilai-nilai pendidikan, 3). musik kungkurung pada masyarakat agraris di dua Kabupaten masih eksis dan bertahan hingga saat ini. Metode yang digunakan adalah studi etnografi dengan paradigma kualitatif melalui pendekatan interdisipliner yang menggabungkan perspektif etnopedagogi dan etnomusikologi. Teknik pengumpulan data melibatkan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan studi dokumen di Desa Piani Pipitak Jaya (Kabupaten Tapin) dan Desa Malinau (Kabupaten Hulu Sungai Selatan). Temuan utama penelitian menunjukkan bahwa kungkurung memiliki karakteristik organologi sebagai idiophone berbahan bambu dengan struktur musikal berbasis pola ritmis interlocking (basaluk). Pola tabuh seperti tinti, capak, indung, tangkup, dan landung memiliki fungsi spesifik yang membentuk harmoni kolektif. Karakteristik musikal terbagi dua: (1) ritme manugal yang cepat dan fungsional sebagai pengatur kerja agraris, serta (2) estetika (basaluk) yang menekankan keserentakan, melahirkan pengalaman emosional dan spiritual. Pertunjukan kungkurung bersifat partisipatif, komunal, dan ritualistik, menghadirkan fungsi sosial, ekologis, dan spiritual sekaligus menjadi arena pendidikan nonformal. Nilai etnopedagogi yang terkandung di dalamnya meliputi partisipatif, kolektivitas, spiritualitas, dan kepedulian ekologis. Proses pewarisan berlangsung melalui tradisi lisan, praktik langsung (learning by doing), pengamatan kontekstual dan Pendidikan holistik. Disertasi ini menegaskan bahwa musik kungkurung bukan sekadar ekspresi estetis, tetapi juga media pendidikan ekokultural musik kungkurung. Simpulan utama penelitian adalah bahwa musik kungkurung merepresentasikan integrasi seni, pendidikan, spiritualitas, dan kepedulian ekologis dalam satu kesatuan praktis budaya masyarakat agraris. Eksistensinya membuktikan kemampuan masyarakat Dayak Meratus untuk mempertahankan identitas budaya sekaligus beradaptasi dengan modernisasi. Implikasi penelitian ini menekankan urgensi pelestarian melalui dokumentasi akademik, revitalisasi budaya, festival tahunan, integrasi ke dalam kurikulum pendidikan formal, serta dukungan kebijakan pemerintah dan lembaga kebudayaan. Musik kungkurung tidak hanya menjadi warisan budaya yang bernilai historis, tetapi juga sumber pendidikan karakter dan strategi resistensi budaya di tengah perubahan zaman. This study examines kungkurung music as a cultural emblem and a manifestation of local wisdom within sustainable agricultural traditions of agrarian communities in South Kalimantan, analyzed through the perspectives of ethnopedagogy and ethnomusicology. The research focuses on three dimensions: (1) the characteristics and performance forms of kungkurung; (2) the processes of educational value internalization; and (3) the factors enabling its continued existence and resilience within agrarian communities in two regencies. The study employs an ethnographic method with a qualitative paradigm and an interdisciplinary approach integrating ethnopedagogical and ethnomusicological perspectives. Data were collected through participatory observation, in-depth interviews, and document studies conducted in Piani Pipitak Jaya Village (Tapin Regency) and Malinau Village (Hulu Sungai Selatan Regency). The findings reveal that kungkurung possesses organological characteristics as a bamboo idiophone with musical structures based on interlocking rhythmic patterns (basaluk). Rhythmic motifs such as tinti, capak, indung, tangkup, and landung serve specific functional roles that together create a collective harmonic texture. Its musical characteristics comprise two main forms: (1) the fast, functional manugal rhythm used as a regulator of agrarian labor, and (2) the aesthetic basaluk form, which emphasizes synchronicity and evokes emotional and spiritual experiences. Kungkurung performances are participatory, communal, and ritualistic, carrying social, ecological, and spiritual functions while simultaneously serving as a nonformal educational arena. The ethnopedagogical values embedded in kungkurung include participation, collectivism, spirituality, and ecological awareness. Knowledge transmission occurs through oral tradition, direct practice (learning by doing), contextual observation, and holistic education. This dissertation asserts that kungkurung music is not merely an aesthetic expression but also a medium of ecocultural education. The study concludes that kungkurung represents an integrated form of art, education, spirituality, and ecological stewardship within the practical cultural system of agrarian communities. Its sustained existence demonstrates the capacity of the Dayak Meratus people to preserve cultural identity while adapting to modernity. The implications of this research highlight the urgency of preservation through academic documentation, cultural revitalization, annual festivals, integration into formal education curricula, and supportive policies from government and cultural institutions. Kungkurung music thus stands not only as a cultural heritage of historical value but also as a source of character education and a strategy of cultural resilience amid contemporary social change. date: 2025-12-02 date_type: published institution: Universitas Pendidikan Indonesia department: KODEPRODI88010#Pendidikan Seni_S3 thesis_type: doctoral thesis_name: phd official_url: https://repository.upi.edu/ related_url_url: https://perpustakaan.upi.edu/ related_url_type: org referencetext: Banoe, P. (2003). Kamus Musik. Kanisius. Campbell, P. S. (2004). Teaching Music Globally: Experiencing Music, Expressing Culture. New York: Oxford University Press Deliana, D., Purbosaputro, E., Sunyoto, S., Sujatmiko, S., & Suyamto, S. (2024). Memperkuat Identitas Lokal dalam Globalisasi Melalui Pariwisata dan Pelestarian Budaya. Innovative: Journal Of Social Science Research, 4(3), 1561-1573. Djelantik (2004). Estetika Sebuah Pengantar. Penerbit Bandung Dopo, F., & Sukmayadi, Y. (2019). The Musical Structure and Meaning of Go Laba in the Context of People’s Life Philosophy in Ngadha Culture, Flores, East Nusa Tenggara. Harmonia: Journal of Arts Research and Education, 18(2), 171–180. https://doi.org/10.15294/harmonia.v18i2.9976 Firtikasari, M., & Andiana, D. (2024). Pendidikan multikultural. Cahaya Smart Nusantara. Gordon, E. E. (1997). Learning sequences in music: Skill, content, and patterns. Chicago: GIA Publications. Gordon, E. E. (2007). Learning sequences in music: A contemporary music learning theory. Chicago: GIA Publications. Geertz C. Agricultural Involution: The Processes of Ecological Change in Indonesia. Berkeley: University of California Press; 1963. Hadi, S. (2012). Seni Pertunjukan dan Masyarakat Penonton. Perpustakaan Nasional (KDT). Haviland, W. A. (1985). Antropologi. Erlangga. Hardjana, Suka (2003). Estetika Musik: Sebuah Pengantar. Pusat Musik Liturgi Yogjakarta. Herlambang, Y. T. (2021). Pedagogik: Telaah kritis ilmu pendidikan dalam multiperspektif. Bumi Aksara. Hidayatullah, R. (2017). Lanskap musik nonteks. Hidayatullah, R. (2022). Pendidikan Musik:Sebuah Pendekatan Pembelajaran Untuk Anak Era 4.0. Jakarta Haryanto, N. I. D. N. (2015). Musik Suku Dayak: Sebuah Catatan Perjalanan Di Pedalaman Kalimantan. BP ISI Yogyakarta. Hikmah, S. N. A. (2023). Etnopedagogi: Potret Pendidikan Multikultural Berbasis Kearifan Lokal Pada Makna Gending Seblang Olehsari Banyuwangi. Jurnal Kolaboratif Sains, 6(12), 1811-1819. Hidajat, R. (2025). Seni Pertunjukan & Pariwisata Budaya Indonesia. Media Nusa Creative (MNC Publishing). Harjianto, H., As’ari, H., & Ikhwanul Qiram, M. T. (2024). GENDING OSING Etnomusikologi Musik Tradisional Suku Osing-Banyuwangi. DEWA PUBLHISING, 1-149. Jhon W Creswell. (2014). Research-Design_Qualitative-Quantitative-and-Mixed-Methods-Approaches (Vicki Knight (ed.); 4th ed.). SAGE, Inc. Jamulus. (1988). Panduan Pengajaran Buku Pengajaran Musik Melalui Pengalaman Musik. Karyono, Tri (2024). Etnopedagogik: Ekspresi Estetis Orang Baduy (Sunda Kenakes) dan Kampung Naga. Mandatrama Grafika. Bandung. Koentjaningrat. (2014). Pengantar Antropologi I (Empat). Kristianingsih, F. X. D. (2008). Etnomusikologi Sebuah Seni dan Ilmu Antara Antropologi dan Musikologi. 1–10. http://staffnew.uny.ac.id/upload/132309934/penelitian/Etnomusikologi+Sebuah+Seni+dan+Ilmu+antara+Antropologi+dan+Musikologi.pdf Liliweri, 2014. Sosiologi dan Komunikasi: Yogyakarta: LKiS Yogyakarta Mack, Dieter (2004). Pendidikan Musik Antara Harapan dan Realitas. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Merriam, B. Y. A. P. (1964). The Antropology Of Music. Maulana, I., Budiwati, D. S., & Karwati, U. (2022). Kajian Organologi Alat Musik Tradisional Canang Ceureukeh. SIWAYANG Journal: Publikasi Ilmiah Bidang Pariwisata, Kebudayaan, Dan Antropologi, 1(4), 163-178. Muzakkir, M. (2021). Pendekatan Etnopedagogi Sebagai Media Pelestarian Kearifan Lokal. … HURRIAH: Jurnal Evaluasi Pendidikan Dan …. https://www.academicareview.com/index.php/jh/article/view/16 Nurmansyah, G., Rodliyah, N., & Hapsari, R. A. (2019). Pengantar Antropologi Sebuah Ikhtisar Mengenal Antropolog. In CV Aura Utama Raharja. Nettl, B. (2010). Nettl’s Elephant: On the History of Ethnomusicology. Urbana & Chicago: University of Illinois Press Rahayuningtyas, W. (2018). Pewarisan Budaya Melalui Wayang Topeng di Kabupaten Malang (Issue 1). Yampolsky, P. (1994). Seri Musik Indonesia 8 – Musik Vokal dan Instrumental dari Flores Timur dan Tengah. Buklet Kaset MSPI: Smithsonian/Folkways Rumengan Perry. (n.d.). Musik Liturgi Gereja. Rice, T. (2014). Ethnomusicology: A Very Short Introduction. New York: Oxford University Press. Rohidi, T. R. (2012). Metodologi Penelitian Seni. Penerbit Cipta Prima Nusantara Semarang, CV. Rosyida, D. A. (2016). Hubungan agama Dan Kearifan Lokal Terhadap Perubahan Sosial Masyarakat Banjarmasin. Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjary Banjarmasin, 1-39. Syasmita, I. (2019). Pendekatan Etnopedagogi Upaya Membangun Dunia Pendidikan Di Era Revolusi 4.0. Sumardjo. (2006). Estetika Paradok. Erlangga Bandung. Sjarifuddin. (n.d.). Kalang Hadangan di Desa Sungai Buluh.pdf. Soeharto. (1992). Kamus Musik. Gramedia widia sarana Indonesia. Soedarsono, R.M. 2010. Seni Pertunjukan Indonesia Di Era Globalisasi. Gadjah Mada Univesity Press. Suharto. (2018). Makna Simbolis dan Pelestarian Calung Banyumasan di Kabupaten Banyumas. In Government Leaders, Military Rulers and Political Activists. https://doi.org/10.4324/9781315063706-172 Sinaga, F. S. S., & Sinaga, S. S. (2021). Musical Facts and Sustainability of Trunthung Music in Eco-cultural Studies. Harmonia: Journal of Arts Research and Education, 21(2), 278–289. https://doi.org/10.15294/harmonia.v21i2.31528 Sadie, Stanley (Ed.). (2001). The New Grove Dictionary of Music and Musicians (2nd ed.). London: Macmillan Schechner, Richard. (2002). Performance Studies: An Introduction. Routledge Titon, J. T. (2020). Toward a Sound Ecology: New and Selected Essays. Indiana University Press. Wisnawa, K. (2020). Seni Musik Tradisi Nusantara. Nilacakra. Yanuarti, S. (2015). Revitalisasi Pertunjukan Wayang Topeng Jati Duwur Jombang Lakon Patah Kuda Narawangsa. Yusoff Mat S, dkk. (2023) Examining the Role of Pedagogical Content Knowledge in Music Education: A Systematic Literature Review. Jurnal Musik Malaysia, 12 (2), 95-114. doi: https://doi.org/10.37134//mjm.vol12.2.6.2023 Ushinsky, K. D. (1868/1981). Pedagogical Anthropology. Moscow: Pedagogik Volkov, A. A. (1989). Pedagogical Anthropology. Moscow: Pedagogika. citation: Muhammad Najamudin, - and Yudi Sukmayadi, - and Juju Masunah, - and Tri Karyono, - (2025) ETNOPEDAGOGIK MUSIK KUNGKURUNG PADA MASYARAKAT AGRARIS DI KALIMANTAN SELATAN. S3 thesis, Universitas Pendidikan Indonesia. document_url: http://repository.upi.edu/146160/9/D_PSN_2318046_Title.pdf document_url: http://repository.upi.edu/146160/10/D_PSN_2314086_Chapter1.pdf document_url: http://repository.upi.edu/146160/11/D_PSN_2314086_Chapter2.pdf document_url: http://repository.upi.edu/146160/12/D_PSN_2314086_Chapter3.pdf document_url: http://repository.upi.edu/146160/13/D_PSN_2314086_Chapter4.pdf document_url: http://repository.upi.edu/146160/14/D_PSN_2314086_Chapter5.pdf document_url: http://repository.upi.edu/146160/15/D_PSN_2314086_Chapter6.pdf document_url: http://repository.upi.edu/146160/16/D_PSN_2314086_Appendix.pdf