%A - Syifa Tri Pahmanda %A - Sapriya %A - Prayoga Bestari %O https://scholar.google.com/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=syifa+tri+pahmanda&btnG= ID SINTA Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Sapriya, M.Ed : 5987047 Prof. Dr. Prayoga Bestari, M.Si : 5995134 %D 2025 %L repoupi145185 %I Universitas Pendidikan Indonesia %X Banyak kesenian yang telah menjadi warisan tradisi dianggap tidak penting dan juga peran masyarakat yang menjadi pelaksana/pemilik budaya pun kurang memaknai dari isi tradisi itu sendiri. Sejatinya masyarakat harus memiliki kesadaran terhadap kebudayaan lokal yang dimiliki. Kebudayaan lokal merupakan jati diri masyarakat itu sendiri. Menurut Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2013-2022 terdapat 1.728 warisan budaya tak benda yang tersebar di seluruh Indonesia. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain penelitian studi kasus, serta menggunakan teknik wawancara, observasi dan studi dokumentasi untuk mengumpulkan data. Berdasarkan hasil temuan yang telah didapatkan oleh peneliti, kegiatan ekstrakurikuler seni benjang dapat menjadi jembatan untuk memperkuat karakter kewarganegraaan siswa selain pembelajaran di sekolah. Penguatan karkter yang dilakukan pada kegiatan ekstrakurikuler seni benjang telah dilakukan secara baik. Dampak yang dapat dirasakan dengan adanya kegiatan ekstrakurikuler seni benjang pun dirasa sangat berpengaruh baik bagi siswa, guru, orang tua hingga masyarakat. Siswa tidak hanya mendapatkan pemahaman matei tetapi juga langsung mempraktikan nilai-nilai karakter kewarganegaraan. Siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler seni benjang tidak hanya berperilaku sebagai warga negara yang bertanggung jawab secara pribadi (responsible citizen) melainkan dapat berkembang menjadi warga negara yang partisipatif (participatory citizen) yang tentunya aktif dalam kegiatan sosial budaya. Dinas Kebudayaan Daerah disarankan dapat mendukung kegiatan seni benjang yang berada di lingkungan sekolah, termasuk menyediakan bantuan berupa materi ataupun non materi seperti pelatihan, pengadaan sarana dan prasarana, dan dukungan dalam bentuk pendanaan kegiatan. Many arts that have become traditional heritages are considered unimportant and the role of the community as the implementer/owner of the culture does not understand the meaning of the content of the tradition itself. In fact, the community must have an awareness of the local culture they have. Local culture is the identity of the community itself. According to the Ministry of Education and Culture, in 2013-2022 there were 1,728 intangible cultural heritages spread throughout Indonesia. This research method uses a qualitative approach with a case study research design, and uses interview, observation, and documentation study techniques to collect data. Based on the findings obtained by the researcher, the benjang art extracurricular can be a bridge to strengthen students' civic character in addition to learning at school. The character building process within the Benjang arts extracurricular activity has been well-executed. The impact of Benjang arts extracurricular activities is felt to be highly influential for students, teachers, parents, and the community. Students not only gain a material understanding but also directly practice civic character values. Students participating in Benjang arts extracurricular activities not only behave as responsible citizens but also develop into participatory citizens who are active in socio-cultural activities. Regional Cultural Offices are advised to support Benjang arts activities within schools, including providing material and non-material assistance such as training, procurement of facilities and infrastructure, and support in the form of activity funding. %T PERAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER SENI BENJANG DALAM MENINGKATKAN CIVIC DISPOSITION SEBAGAI KOMPETENSI KEWARGANEGARAAN SISWA DI SMP TRIYASA KOTA BANDUNG %K Ekstrakurikuler Seni Benjang, Karakter Kewarganegaraan, Kompetensi Warga Negara Benjang Arts Extracurricular, Civic Disposition, Civic Competence