%T ALIH WAHANA CERITA RAKYAT BUTON RANDASITAGI DAN WAIRIWONDU KE DALAM MEDIA DIGITAL STORYTELLING SEBAGAI BAHAN PENGAYAAN SISWA SMP %D 2025 %X Penelitian ini berlandaskan sebagai bentuk keprihatinan terhadap pendokumentasian cerita rakyat Buton yang mulai sirna seiring perubahan zaman. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan; kedudukan cerita rakyat, proses penciptaan karya digital storytelling, kelayakan cerita rakyat, dan respons peserta didik terhadap cerita rakyat Buton Randasitagi dan Wairiwondu, yang berbasis art-based research dan memiliki klasifikasi penelitian tentang seni dan seni sebagai penelitian. Data dalam penelitian ini adalah cerita rakyat Randasitagi dan Wairiwondu yang dialih wahanakan menjadi video storytelling, sedangkan sumber data dalam penelitian ini adalah petuah adat atau budayawan daerah yang membagikan sejarah dan menceritakan kembali cerita rakyat Buton Randasitagi dan Wairiwondu, dan siswa kelas VII SMP untuk menerima respons balik terhadap karya kreatif. Hasil penelitian ini mengacu pada tiga tahapan karya yang terdiri atas; (1) tahap praproduksi yang meliputi pemilihan cerita rakyat yang akan dijadikan sebagai konten storytelling, mencari narasumber yang dapat memberikan penguatan terhadap cerita rakyat yang dipilih, penulisan naskah, membuat storyboard, membuat desain karakter dan latar; (2) tahap produksi yang meliputi pembuatan gambar animasi, animasi, dan penambahan rekaman suara; (3) tahap pasca produksi yang meliputi penggabungan semua elemen animasi, penambahan takarir pada video, review, eksport dan publikasi karya kreatif. Validasi media memiliki empat aspek penilaian yang terdiri atas; aspek puitis, aspek politik, aspek pedagogis, dan aspek kepentingan audiens. Berdasarkan hasil nilai rata-rata validasi media mendapatkan skor kelayakan 90,87% dengan kategori sangat layak. Sementara respons siswa terhadap produk karya kreatif memiliki penilaian menonjol pada aspek puitis dengan skor 62,8% dan menunjukkan kualitas pemahaman siswa terhadap kebudayaan lokal daerah Kepulauan Buton. This research is grounded in a concern for the documentation of Buton folklore, which is gradually fading with the passage of time. The aim of this study is to describe the position of folklore, the process of creating digital storytelling works, the feasibility of folklore, and the students' responses to the Buton folktales Randasitagi and Wairiwondu, which are based on art-based research and classified as research about art and art as research. The primary data consist of these folktales, adapted into video storytelling, while the data sources include local cultural experts and Grade VII students who provided feedback on the creative work. The creative process followed three stages: (1) Pre-production, election of folktales, interviews with cultural informants, scriptwriting, storyboard development, and character and background design; (2) Production, creation of animated visuals and voice recordings; and (3) Post-production integration of elements, subtitling, reviewing, exporting, and publishing the final product. Media validation covered four aspects: poetic, political, pedagogical, and audience relevance. The average feasibility score was 90.87%, indicating the media was highly feasible. Meanwhile, student responses to the creative work product showed a notable assessment in the poetic aspect with a score of 62.8%, indicating the quality of students' understanding of the local culture of the Buton Islands. %L repoupi137018 %O https://scholar.google.com/citations?user=SEPhpXsAAAAJ&hl=en ID SINTA Dosen Pembimbing Sumiyadi: 5994381 Halimah: 6004942 %K Cerita rakyat, digital storytelling, Randasitagi dan Wairiwondu Folktales. Digital Storytelling, Randasitagi and Wairiwondu %A - Nurul Hafidzah Asra %A - Sumiyadi %A - Halimah %I Universitas Pendidikan Indonesia