EKSISTENSI GEPUK SEBAGAI WARISAN BUDAYA GASTRONOMI DI KOTA BANDUNG

Desy Destyanti, - (2021) EKSISTENSI GEPUK SEBAGAI WARISAN BUDAYA GASTRONOMI DI KOTA BANDUNG. S1 thesis, Universitas Pendidikan Indonesia.

[img] Text
S_MIK_1703379_Title.pdf

Download (464kB)
[img] Text
S_MIK_1703379_Chapter1.pdf

Download (256kB)
[img] Text
S_MIK_1703379_Chapter2.pdf
Restricted to Staf Perpustakaan

Download (283kB)
[img] Text
S_MIK_1703379_Chapter3.pdf

Download (300kB)
[img] Text
S_MIK_1703379_Chapter4.pdf
Restricted to Staf Perpustakaan

Download (1MB)
[img] Text
S_MIK_1703379_Chapter5.pdf

Download (119kB)
[img] Text
S_MIK_1703379_Appendix.pdf
Restricted to Staf Perpustakaan

Download (2MB)
Official URL: http://repository.upi.edu

Abstract

Gepuk merupakan salah satu makanan tradisional khas sunda yang sudah turun temurun diwariskan dari generasi ke generasi. Namun, belum banyaknya informasi dan penelitian mendalam terkait dengan gepuk menyebabkan masyarakat hanya sekedar mengetahui gepuk sebagai makanan tanpa makna. Gepuk merupakan makanan khas tatar sunda yang terbuat dari daging sapi yang ditumbuk hingga pipih. Saat ini, eksistensi gepuk semakin terancam dengan banyaknya makanan modern. Untuk itu, diperlukan penelitian mendalam terkait eksistensi, asal usul, dan informasi mendalam tentang gepuk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana eksistensi gepuk di Kota Bandung serta komponen gastronomi pada gepuk. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif dengan melakukan wawancara kepada informan yang terdiri dari Salapan Cinyusu yaitu pengusaha gepuk, pemerintah, pekerja, pemasok, pakar, pemerhati, penikmat, komunitas, serta teknologi yang digunakan dalam usaha gepuk. Berdasarkan hasil penelitian, sampai saat ini gepuk masih eksis dan dinikmati oleh masyarakat Kota Bandung. Sebagaimana yang diungkapkan oleh para penjual gepuk bahwa usahanya tetap berjalan sekalipun mengalami penurunan yang diakibatkan oleh pandemi dan berkurangnya minat masyarakat pada gepuk. Data dan informasi lain yang ditemukan diantaranya masih ditemukan penjual gepuk yang sudah berdiri lebih dari 50 tahun di Kota Bandung. Para penjual gepuk tersebut masih menjual gepuk dengan metode penjualan yang tradisional. Sehingga keberadaan gepuk dan informasi terkait gepuk masih sulit ditemukan oleh masyarakat luas. Dengan ditemukannya gepuk berusia lebih dari 50 tahun, maka gepuk bisa dikatakan warisan budaya gastronomi. Namun, hingga saat ini gepuk belum disahkan sebagai warisan budaya gastronomi Kota Bandung. Penemuan selanjutnya adalah ditemukannya makna mendalam gepuk diantaranya proses pengolahan gepuk dengan proses menumbuk diibaratkan sebagai proses pembentukan manusia yang terus ditempa. Setelah ditempa, bentuk gepuk yang dihasilkan yaitu persegi, memiliki makna sesuai dengan peribahasa sunda “Hirup teh kudu masagi” yang artinya menjadi manusia harus serba bisa. Lalu rasa manis pada gepuk memiliki makna menjadi manusia harus “Amis budi” yaitu harus menjadi pribadi yang menyenangkan. Jadi secara keseluruhan gepuk mengajarkan kita untuk menjadi pribadi yang berkualitas dan bermanfaat bagi sekitar. Kurangnya perhatian pada gepuk bisa menjadi ancaman kepunahan gepuk. Untuk itu, perlu diadakannya gerakan pelestarian gepuk dari beragam stakeholder guna tercapainya gepuk lestari. Para penjual gepuk perlu menggencarkan promosi dan inovasi agar menarik minat masyarakat. Pemerintah perlu mengesahkan gepuk sebagai Warisan Budaya Gastronomi dan mengadakan festival yang mengangkat gepuk agar lebih dikenal masyarakat. Gepuk is one of traditional sundanese food that have descended recently inherited from generation to generation. However, there is not much information and in-depth research about gepuk, causing people only know gepuk as food without meaning. Gepuk is a traditional Sundanese food made from mashed beef. Currently, the existence of gepuk is increasingly threatened by the abundance of modern food. Therefore, in-depth research is needed regarding the existence, origin and in-depth information about gepuk. This research aims to find out the existence of gepuk in Bandung city and the gastronomic component of gepuk. This research was conducted with a qualitative method by interview the informants consisting of Salapan Cinyusu. There are entrepreneurs, government, workers, suppliers, experts, observers, connoisseurs, communities, and the technology that used in the gepuk business. Based on the results of the research, until now gepuk still exists and is consumed by the citizens of Bandung city. As stated by the gepuk sellers, their business is still running despite the decline caused by the pandemic and the reduced public interest in gepuk. Another information of this research is gepuk sellers who have been around for more than 50 years are still founded. The gepuk sellers still sell gepuk with the traditional sales method. So that the existence of gepuk and information related to gepuk is still difficult to find by the wider community. With the discovery of gepuk that is more than 50 years old, then gepuk can be a gastronomic cultural heritage. However, until now gepuk had not been legalized as a gastronomic cultural heritage of the Bandung city. The next discovery is there are founded deep meaning of gepuk, including the processing of gepuk with the mashing process, which is likened to a process of human formation that is being forged. After being forged, the resulting gepuk shape is a square, has a meaning in accordance with the Sundanese proverb "Hirup kudu masagi" which means that being a human must be versatile. Then the sweet taste of gepuk has the meaning of being a human being, you have to be "amis budi" that is, you have to be a pleasant person. So overall, gepuk teaches us to improve our self-quality and be a helpful person those around us. Lack of attention to gepuk can be a threat of existence of gepuk. For this reason, it is necessary to hold a gepuk conservation movement from various stakeholders in order to achieve sustainable gepuk. Gepuk sellers need to intensify promotions and innovations to attract public interest. The government needs to ratify gepuk as a Gastronomic Cultural Heritage and hold a festival that raises gepuk so that it is better known to the public.

Item Type: Thesis (S1)
Additional Information: ID SINTA Dosen Pembimbing Dewi Turgarini : 6681270 Ratna Fitria : 6145184
Uncontrolled Keywords: Eksistensi, Gastronomi, Gepuk
Subjects: H Social Sciences > HD Industries. Land use. Labor
H Social Sciences > HD Industries. Land use. Labor > HD28 Management. Industrial Management
Divisions: Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial > Manajemen Industri Katering
Depositing User: Desy Destyanti
Date Deposited: 28 Aug 2023 06:03
Last Modified: 28 Aug 2023 06:03
URI: http://repository.upi.edu/id/eprint/99127

Actions (login required)

View Item View Item