Fanny Septiani Jaya, - (2011) PERKEMBANGAN KESENIAN COKEK AKULTURASI TIONGHOA DAN BETAWI DI KECAMATAN TELUK NAGA KABUPATEN TANGERANG. S1 thesis, Universitas Pendidikan Indonesia.
Text
daftar_isi(16).pdf Download (298kB) |
|
Text
bab_i(30).pdf Download (561kB) |
|
Text
bab_ii(29).pdf Download (495kB) |
|
Text
bab_iii(29).pdf Download (897kB) |
|
Text
bab_iv(27).pdf Download (1MB) |
|
Text
bab_v(30).pdf Download (160kB) |
Abstract
Skripsi ini berjudul Perkembangan Kesenian Cokek Akulturasi Budaya Tionghoa dan Betawi di Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang Tahun 1950-2002. Masalah utama yang dibahas dalam penelitian skripsi ini adalah: Bagaimana pelestarian kesenian Cokek di daerah Teluk Naga Kabupaten Tangerang di tengah arus globalisasi dan modernisasi ditinjau dari sudut pandang Sosial dan Budaya. Kemudian masalah utama tersebut dibagi menjadi empat pertanyaan penelitian, yaitu (1) Bagaimana awal mula lahirnya kesenian Cokek di Tangerang? (2) Bagaimana kondisi kesenian Cokek dari tahun 1950-2002? (3) Bagaimana pengaruh globalisasi terhadap perkembangan kesenian Cokek? (4) Bagaimana Peranan Seniman Cokek dan Pemerintah Daerah Tangerang dalam melestarikan serta mempertahankan eksistensi keseniannya?. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis, yang meliputi empat langkah yaitu heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Untuk lebih memahami permasalahan yang dikaji maka penulis menggunakan pendekatan interdisipliner yaitu dengan dibantu oleh ilmu Sosiologi dan Antropologi dalam mengkaji permasalahan yang diteliti. Penulis sangat tergantung pada penggunaan sejarah lisan (oral history) melalui teknik wawancara. Hal ini dilakukan karena terbatasnya sumber tertulis untuk mengkaji permasalahan di atas. Berdasarkan hasil penelitian, penulis mendapatkan beberapa kesimpulan. Tari Cokek merupakan salah satu aset budaya daerah di kawasan Tangerang (baik kota maupun kabupaten) yang muncul dari hasil percampuran budaya Tionghoa dan Betawi. Tarian ini sangat identik dengan kehidupan masyarakat keturunan Cina Tangerang yang biasa disebut Cina Benteng. Sekitar tahun 1950, untuk pertama kalinya kesenian Cokek muncul di sebuah daerah yang bernama Tanjung Kait. Musik yang digunakan sebagai pembuka dari kesenian cokek ini adalah musik dari Gambang Kromong yang juga merupakan hasil dari "perkawinan silang" antara budaya Tionghoa dan daerah pinggiran Jakarta. Walaupun kesenian Cokek sudah mengalami regenerasi, akan tetapi para pemain dari kalangan generasi muda hanya sedikit. Karena generasi muda pada saat sekarang ini seleranya mulai beralih pada seni modern karena kesenian tradisional dianggap sudah ketinggalan zaman. Upaya dasar yang dilakukan oleh seniman dalam melestarikan kesenian Cokek adalah dengan melakukan sistem pewarisan yaitu dengan cara mengajarkan kesenian Cokek pada generasi muda dilingkungannya. Sedangkan upaya yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten maupun Kota Tangerang dalam melestarikan kesenian Cokek adalah dengan diikut sertakannya kesenian Cokek pada setiap festival kebudayaan yang diselenggarakan baik di tingkat provinsi, nasional, maupun internasional. Serta bekerjasama dengan seniman untuk mengubah sudut pandang masyarakat yang menganggap kesenian Cokek tersebut erotis.
Item Type: | Thesis (S1) |
---|---|
Additional Information: | ID SINTA Dosen Pembimbing: Didin Saripudin : 5984366 |
Uncontrolled Keywords: | Kesenian, Cokek, Akulturasi, Tionghoa, Betawi |
Subjects: | N Fine Arts > NX Arts in general |
Divisions: | Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial > Pendidikan Sejarah |
Depositing User: | Zydan Naufal Musyaffa |
Date Deposited: | 28 Jul 2023 09:42 |
Last Modified: | 28 Jul 2023 09:42 |
URI: | http://repository.upi.edu/id/eprint/95460 |
Actions (login required)
View Item |