Epi Yuningsih, - (2023) KONSEP GREEN ARCHITECTURE DALAM LEKSIKON ETNOARSITEKTUR KERATON KASEPUHAN CIREBON DALAM MENYIKAPI ISU SDG. S2 thesis, Universitas Pendidikan Indonesia.
Text
T_LING_2013046_Title.pdf Download (520kB) |
|
Text
T_LING_2013046_Chapter1.pdf Download (147kB) |
|
Text
T_LING_2013046_Chapter2.pdf Restricted to Staf Perpustakaan Download (602kB) |
|
Text
T_LING_2013046_Chapter3.pdf Download (315kB) |
|
Text
T_LING_2013046_Chapter4.pdf Restricted to Staf Perpustakaan Download (2MB) |
|
Text
T_LING_2013046_Chapter5.pdf Download (46kB) |
|
Text
T_LING_2013046_Appendix.pdf Restricted to Staf Perpustakaan Download (1MB) |
Abstract
Arsitektur Keraton Kasepuhan Cirebon merupakan bangunan yang memiliki nilai-nilai kearifan lokal karena dalam pemilihan dan penggunaan materialnya mencerminkan sifat berkelanjutan yang selaras dengan alam. Oleh karena itu, bangunan tersebut dianggap sebagai bangunan yang mencerminkan konsep green architecture sesuai dengan tujuan SDGs. Namun, ada kekhawatiran bahwa pengetahuan yang menjadi kearifan lokal dalam bangunan tersebut akan tergerus oleh pengaruh globalisasi dan modernisasi, hal tersebut tentunya akan sangat berdampak pada terkikisnya perbendaharaan leksikon dan pengetahuan masyarakat akan nilai-nilai kearifan lokal dalam bangunan keraton. Kajian ini bertujuan untuk mengungkap konsep green architecture atau arsitektur hijau yang terekam dalam leksikon etnoarsitektur Keraton Kasepuhan Cirebon dengan menggunakan pendekatan teoritis berupa studi etnolinguistik yang mengkaji bahasa dan budaya sebagai suatu kesatuan yang utuh. Data bahasa berupa leksikon bersumber dari kegiatan observasi, wawancara, dan dokumentasi yang kemudian dianalisis berdasarkan bentuk lingual, medan makna, dan makna leksikal serta filosofisnya. Kemudian, data tersebut dikaitkan dengan konsep arsitektur hijau yang menjadi tujuan dari pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) serta nilai kearifan lokal yang terkandung di dalamnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukan sejumlah leksikon yang berkaitan dengan arsitektur untuk menyatakan jenis bangunan, bagian-bagian bangunan, alat yang digunakan dalam proses pembuatan bangunan, bahan-bahan bangunan, proses pembuatan, perawatan bangunan, dan jenis ornamen. Semua leksikon tersebut mengandung makna leksikal, namun makna filosofisnya hanya terdapat pada beberapa leksikon saja. Selain mengandung kedua makna tersebut, leksikon etnoarsitektur mengandung nilai kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat Cirebon dan mencerminkan konsep green architecture karena telah memenuhi prinsip-prinsip arsitektur berupa conserving energi, working with climate, respect for site, respect for use, limitting new resources, dan holistic. Penerapan keenam prinsip tersebut menunjukkan bahwa dalam pelaksanaannya, arsitektur Keraton Kasepuhan Cirebon sudah mendukung arsitektur yang berkelanjutan sesuai dengan tujuan SDGs. The architecture of the Keraton Kasepuhan Cirebon is a building that has local wisdom values because the selection and use of its materials reflects a sustainable nature that is in harmony with nature. Therefore, the building is considered a building that reflect the concept of green architecture following the goals of the SDGs. However, it is feared that the knowledge that becomes local wisdom in the building will be affected by globalization and modernization, this will certainly have an impact on the erosion of the lexicon treasury and public knowledge of local wisdom values in palace buildings. This study aims to reveal the concept of green architecture recorded in the ethno-architecture lexicon of Keraton Kasepuhan Cirebon by using a theoretical approach in the form of ethnolinguistic studies that examines language and culture as a unified whole. Language data in the form of lexicons originates from observation, interviews, and documentation which are then analyzed based on lingual forms, meaning fields, and lexical and philosophical meanings. Then, the data is linked to the concept of green architecture which is the goal of sustainable development (SDGs), and the local wisdom values contained therein. The results showed that there were some lexicons related to architecture to express the type of building, parts of the building, tools used in the building process, building materials, manufacturing processes, building maintenance, and types of ornaments. All of these lexicons contain lexical meanings, but philosophical meanings are only found in a few lexicons. Apart from containing these two meanings, the ethno-architecture lexicon contains local wisdom values that are owned by the people of Cirebon and reflects the concept of green architecture because it fulfills the architectural principles of conserving energy, working with climate, respect for the site, respect for users, limiting new resources, and holistic. The application of these six principles shows that in practice, the architecture of the Keraton Kasepuhan Cirebon has supported a sustainable architecture following the SDGs goals.
Item Type: | Thesis (S2) |
---|---|
Additional Information: | Link Google Scholar: https://scholar.google.com/citations?user=pEc8ckUAAAAJ&hl=id&oi=ao ID SINTA Dosen Pembimbing: Retty Isnendes: 5994546 Eri Kurniawan: 5994389 |
Uncontrolled Keywords: | etnolinguistik, green architecture, Keraton Kasepuhan, SDGs |
Subjects: | L Education > L Education (General) P Language and Literature > P Philology. Linguistics |
Divisions: | Sekolah Pasca Sarjana > Linguistik S-2 |
Depositing User: | Epi Yuningsih |
Date Deposited: | 14 Feb 2023 01:40 |
Last Modified: | 14 Feb 2023 01:40 |
URI: | http://repository.upi.edu/id/eprint/88392 |
Actions (login required)
View Item |