Tiara Frida Nurullita, - (2022) DISORIENTASI DIRI SEBAGAI GAGASAN BERKARYA SENI LUKIS. S1 thesis, Universitas Pendidikan Indonesia.
Text
S_SRP_1801029_Title.pdf Download (550kB) |
|
Text
S_SRP_1801029_Chapter 1.pdf Download (101kB) |
|
Text
S_SRP_1801029_Chapter 2.pdf Restricted to Staf Perpustakaan Download (699kB) |
|
Text
S_SRP_1801029_Chapter 3.pdf Download (4MB) |
|
Text
S_SRP_1801029_Chapter 4.pdf Restricted to Staf Perpustakaan Download (3MB) |
|
Text
S_SRP_1801029_Chapter 5.pdf Download (89kB) |
|
Text
S_SRP_1801029_Appendix.pdf Restricted to Staf Perpustakaan Download (596kB) |
Abstract
Semakin majunya peradaban modern, semakin banyak tuntutan hidup yang dapat menimbulkan masalah kesehatan mental. Generasi milenial memiliki populasi terbanyak saat ini. Teknologi yang berkembang pesat menjadi gaya hidup saat ini. Hal ini menimbulkan krisis emosional yang timbul ketika memasuki usia dewasa. Krisis ini dapat disebut dengan quarter life crisis. Ekspetasi kehidupan dewasa dapat menimbulkan rasa tidak utuh apabila dihadapkan langsung dengan realita. Rasa tidak utuh ini diasosiasikan dari pengalaman penulis pada perubahan tubuh akibat penyakit. Hal ini menimbulkan rasa hilang arah atau disorientasi diri yang menjadi gagasan berkarya.. Penulis membuat pandangan penulis melalui pengkaryaan ini, agar menjadi katarsis bagi penulis dan motivasi bagi orang lain. Metode pengkaryaan mengadaptasi proses kreasi David Campbell, dari jurnal yang ditulis Angkadjaja tahun 2005. Proses kreasi yang diadaptasi mulai dari (1) Pra ide, (2) Stimulasi, (3) Ide Berkarya , (4) Inkubasi, (5) Persiapan, (6) Iluminasi (7) Pengolahan Ide, dan (8) Verifikasi melalui proses berkarya setelah mengumpulkan gagasan. Penulis menunjukkan bagaimana konflik batin yang dialami, melalui perubahan tubuh yang terjadi. Penulis mengungkapkan berdasar stimulus pengamatan yang terdorong untuk mengungkapkan gagasan melalui kondisi potongan tubuh yang terpisah. Kondisi ini menimbulkan rasa yang belum utuh sepenuhnya. Penulis tidak melukiskan potongan tubuh dengan luka darah, namun membawanya dengan garis untuk menghapuskan kesan luka. Penulis menganggap bahwa struktur tubuh terutama wajah merupakan wujud dari jiwa. Maka dari itu, penulis berupaya menghadirkan pemisahan tubuh sebagai akumulasi waktu fase-fase kehidupan yang terlepas. Hal ini memberi makna tentang penerimaan diri dari suatu celah yang terputus. Celah ini merupakan asosiasi dari ketidaksempurnaan. Penulis membuat gagasan berdasarkan kejadian aktual dan pengalaman empirik mengenai perubahan diri. The more advanced modern civilization, the more demands of life that can cause mental health problems.Milennials have the most population today. Rapidly developing technology has become a lifestyle today. This creates an emotional crisis that occurs when entering adulthood. This crisis can be called a quarter life crisis. The expectations of adult life can lead to a feeling of incompleteness is associated from the author’s experience of bodily changes due to illness. This creates a feeling of loss of direction or self-ddisorientation which becomes the idea of creating a work. The creative process adapts David Campbell’s creative process, from a journal written by Angkadjaja in 2005. The creative process starts from (1) pre-ideas, (2) stimulation, (3) creative ideas, (4) incubation, (5) preparation, (6) Illumination (7) Idea Processing, and (8) Verification through the artwork process after gathering ideas. The author shows how the inner conflict is experienced, through changes in the body that occur. The author expresses based on observation of a stimulus based on being compelled to express ideas through the condition of separate body parts. This condition creates a feeling that is not fully intact. The author does not depict body parts with blood wounds, but paints with lines to erase the impression of the wound. The author considers that the structure of the body, especially the face, is a form of the soul. Therefore, the author seeks to provide the body as an accumulated time of detached life chases. This gives the meaning of self-acceptance from an interrupted gap. This gap is an association of imperfections. The author makes idea based on actual events and empirical experiences regarding self-change.
Item Type: | Thesis (S1) |
---|---|
Additional Information: | https://scholar.google.com/citations?view_op=new_profile&hl=id&authuser=1 SINTA ID : 6107747 SINTA ID : 6747025 |
Uncontrolled Keywords: | Disorientasi, Tubuh, Diri, Seni Lukis Disorientation, Body, Self, Painting |
Subjects: | L Education > L Education (General) N Fine Arts > N Visual arts (General) For photography, see TR |
Divisions: | Fakultas Pendidikan Seni dan Desain > Jurusan Pendidikan Seni Rupa dan Kerajinan |
Depositing User: | Tiara Frida Nurullita |
Date Deposited: | 07 Feb 2023 07:34 |
Last Modified: | 07 Feb 2023 07:34 |
URI: | http://repository.upi.edu/id/eprint/88089 |
Actions (login required)
View Item |