Mariko Sasaki, - (2022) KONSTRUKSI TEORI LARAS KARAWITAN SUNDA : KAJIAN TENTANG LAHIRNYA LARAS SOROG BERDASARKAN ANALISIS STRUKTUR MUSIKALITAS. S3 thesis, Universitas Pendidikan Indonesia.
Text
D_PSN_1602632_Title.pdf Download (280kB) |
|
Text
D_PSN_1602632_Chapter1.pdf Download (318kB) |
|
Text
D_PSN_1602632_Chapter2.pdf Restricted to Staf Perpustakaan Download (460kB) |
|
Text
D_PSN_1602632_Chapter3.pdf Download (223kB) |
|
Text
D_PSN_1602632_Chapter4.pdf Restricted to Staf Perpustakaan Download (2MB) |
|
Text
D_PSN_1602632_Chapter5.pdf Download (224kB) |
|
Text
D_PSN_1602632_Appendix.pdf Restricted to Staf Perpustakaan Download (67kB) |
Abstract
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya teori laras Kusumadinata yang diajarkan di sekolah, yaitu "pelog dan sorog adalah laras yang dilahirkan dari laras salendro (dari gamelan salendro)". Mengenai pelog, dalam penelitian terdahulu sudah menjadi jelas bahwa pelog adalah laras mandiri yang telah ada di Sunda sejak periode Hindu. Maka dalam penelitian ini menyelidiki mengenai lahirnya laras sorog, dengan bertujuan untuk menghasilkan teori laras baru. Penelitian ini menggunakan metode grounded theory approach dengan pendekatan etnomusikologis dan historis. Pengumpulan data dilakukan melalui partisipatori observasi, wawancara, studi dokumentasi, dan studi literature. Pertama, dianalisis fenomena pada gamelan salendro, yaitu melodi (rebab dan vokal) secara konvensional menjadi sorog. Kemudian, dianalisis fenomena serupa yang disebut 'barang miring' pada gamelan slendro Jawa, karena gamelan salendro Sunda adalah awalnya gamelan slendro Jawa dari Mataram. Kemudian, untuk mencari asal mulanya 'barang miring', diteliti nyanyian dalang pada wayang kulit purwa Jawa. Demikian juga untuk mencari asal mulanya laras sorog, diteliti nyanyian dalang pada wayang golek purwa Sunda. Kemudian, untuk menyelidiki proses sorog menjadi laras mandiri, disimak tembang Sunda Cianjuran dan gamelan degung. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa laras sorog di Sunda berasal dari nyanyian Semar berupa 'barang miring' yang dinyanyikan oleh dalang dalam penyajian wayang kulit purwa dari Jawa (Mataram). Kemudian fenomena 'barang miring' dari Jawa berkembang dalam proses perkembangan wayang golek purwa, dan menjadi laras mandiri dalam proses perkembangan tembang Sunda Cianjuran dan gamelan degung. Maka dapat dikatakan pula bahwa adanya laras sorog di Sunda adalah hasil kreativitas orang Sunda. Hasil penelitian ini memberi pengetahuan baru untuk etnomusikologi, juga memberi kontribusi positif untuk pendidikan seni.This study is motivated by the Kusumadinata's scale theory which has been taught in schools, that is "pelog and sorog are scales born from salendro (from gamelan salendro)". Regarding pelog, in previous studies it has become clear that the pelog has independently existed since the Hindu era. Hence, in this study investigates the origin of the sorog scale (laras sorog), with the aim of constructing a new scale theory. In this research, the grounded theory approach method is used with a ethnomusicological and historical approach. Data collection was carried out through participatory observations, interviews, documentation studies, and literature studies. First, I analyzed the phenomenon that occurs in the gamelan salendro performance, i.e., its melody (rebab and vocals) conventionally becomes sorog. Then, I analyzed a similar phenomenon in the Javanese gamelan slendro called 'barang miring', because the Sundanese gamelan salendro was originally a Javanese gamelan slendro from Mataram. Then, to find the origin of the 'barang miring', I analyzed the dalang's songs in the Javanese wayang kulit purwa. Likewise, to find the origin of the sorog, I analyzed the dalang's songs in the Sundanese wayang golek purwa. Then, to investigate the process of the sorog becoming an independent scale, I studied the tembang Sunda Cianjuran and gamelan degung. The results of this study indicate that the origin of the sorog scale is Semar's song ('barang miring') in the Javanese wayang kulit purw. Then the phenomenon called 'barang miring' develops in the process of development of the Sundanese wayang golek purwa, and became an independent scale in the process of development of tembang Sunda Cianjuran and gamelan degung. Therfore it can be said that the existence of the sorog scale in Sunda is the result of the creativity of the Sundanese. The implication of this study provide new knowledge for ethnomusicology, and make a positive contribution to arts education.
Item Type: | Thesis (S3) |
---|---|
Additional Information: | Link Google Scholar : https://scholar.google.com/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=mariko+sasaki&oq=mariko+sasa ID SINTA Promotor : Prof. Juju Masunah, M.Hum., Ph.D. : 258201 Prof. Dr. Hj. Tati Narawati, M.Hum. : 5995150 Dr. phil. Yudi Sukmayadi, M.Pd. : 6100381 |
Subjects: | L Education > L Education (General) N Fine Arts > N Visual arts (General) For photography, see TR |
Divisions: | Sekolah Pasca Sarjana > Pendidikan Seni S-3 |
Depositing User: | Mariko Sasaki |
Date Deposited: | 21 Oct 2022 02:48 |
Last Modified: | 21 Oct 2022 02:48 |
URI: | http://repository.upi.edu/id/eprint/84764 |
Actions (login required)
View Item |