STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT SAKAI DI KABUPATEN SIAK : Srudi Deskriptif Terhadap Cerita Rakyat Sakai Sebagai Upaya Menemukan Kesesuian Antara Cerita Rakyat Sakai Dan Perkembangan Kogritif Anak Usia 6-12 Tahun Pada Sekolah Dasar Di Kabupaten Siak

Kamil Arif, - (2003) STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT SAKAI DI KABUPATEN SIAK : Srudi Deskriptif Terhadap Cerita Rakyat Sakai Sebagai Upaya Menemukan Kesesuian Antara Cerita Rakyat Sakai Dan Perkembangan Kogritif Anak Usia 6-12 Tahun Pada Sekolah Dasar Di Kabupaten Siak. S2 thesis, Universitas Pendidikan Indonesia.

[img] Text
T_BIND_009685_Table_of_Content.pdf

Download (317kB)
[img] Text
T_BIND_009685_Chapter1.pdf

Download (657kB)
[img] Text
T_BIND_009685_Chapter2.pdf
Restricted to Staf Perpustakaan

Download (1MB)
[img] Text
T_BIND_009685_Chapter3.pdf

Download (434kB)
[img] Text
T_BIND_009685_Chapter5.pdf

Download (1MB)
[img] Text
T_BIND_009685_Bibliography.pdf

Download (351kB)
[img] Text
T_BIND_009685_Appendix.pdf
Restricted to Staf Perpustakaan

Download (1MB)
Official URL: http://repository.upi.edu

Abstract

Selain sebagai hiburan, cerita rakyat dituturkan dalam upaya menyampaikan berbagai pesan karena di dalamnya terdapat nilai-nilai keteladanan dan kehidupan. Namun, tidak semua cerita rakyat sesuai dengan segala tingkatan usia anak. Dalam hal ini, tugas orang tua dan pendidik adalah menentukan cerita atau bahan bacaan yang lebih sesuai dengan perkembangan kognitif anak. Tesis ini berjudul "Struktur dan Nilai Budaya dalam Cerita Rakyat Sakai di Kabupaten Siak (Studi Deskriptif terhadap Cerita Rakyat Sakai sebagai Upaya Menemukan Kesesuaian antara Cerita Rakyat Sakai dan Perkembangan Kognitif Anak Usia 6-12 Tahun pada Sekolah Dasar di Kabupaten Siak)". Judul ini diangkat dengan asumsi bahwa cerita rakyat yang terbentuk dari jalinan unsur-unsur 'dalaman' itu, juga mengandung nilai-nilai budaya masyarakat pendukungnya. Permasalahan dalam penelitian ini berhubungan dengan struktur, nilai budaya yang terdapat di dalam cerita rakyat Sakai, keberlakuan nilai budaya yang terdapat di dalam cerita rakyat Sakai pada masyarakat Sakai dewasa ini, dan kesesuaian cerita rakyat Sakai dengan perkembangan kognitif anak usia 6-12 tahun. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan hal-hal yang berkenaan dengan permasalahan tersebut. Teori yang digunakan adalah berkaitan dengan sastra, pendekatan struktural, folklor (khususnya cerita rakyat), kebudayaan, dan psikosastra. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang dilanjutkan dengan analisis. Teknik yang digunakan adalah berbentuk tes dan nontes. Teknik tes digunakan untuk menentukan kesesuaian cerita rakyat Sakai dengan perkembangan kognitif anak. Teknik nontes berupa wawancara dilakukan untuk mengetahui keberadaan cerita dan keberlakuan nilai budaya yang terdapat di dalam cerita rakyat Sakai pada masyarakat Sakai dewasa ini. Instrumen penelitian adalah pedoman wawancara, lembar pertanyaan, fape recorder, kamera, dan catatan lapangan. Data dalam penelitian ini berupa cerita rakyat Sakai: (1) cerita Tukang Joat (mite), (2) cerita Umbot Mudo (legenda), dan (3) cerita Bujang Enok (dongeng). Hasil analisis tentang struktur sebagai berikut. (1) Penokohan: cerita Tukang Joat dan cerita Umbot Mudo dibangun dengan penokohan 'hitam-putih', sedangkan penokohan cerita Bujang Enok adalah 'tidak hitam-putih'. (2) Alur: ketiga cerita tersebut memiliki alur maju dan peristiwa demi peristiwa terjalin dalam hubungan kausalitas, namun alur cerita Tukang Joat terkesan lebih rumit. (3) Tema: cerita Tukang Joat memiliki tema tentang kejahatan, cerita Umbot Mudo bertemakan kedurhakaan, dan cerita Bujang Enok tentang pengabdian. (4) Latar: cerita Tukang Joat berlatarkan gubuk dan hutan; cerita Umbot Mudo memiliki latar rumah, kampung, dan sungai yang di atasnya terdapat jembatan; dan cerita Bujang Enok memiliki latar gubuk, lubuk, istana, dan kampung. (5) Motif: cerita Tukang Joat memiliki motif bilangan, penjelmaan, dan pembalasan; cerita Umbot Mudo memiliki motif kecantikan dan kekayaan, perkawinan, dan anak durhaka; dan cerita Bujang Enok memiliki motif binatang, perkawinan, putri kayangan, bilangan, dan pengabdian. Hasil analisis tentang nilai budaya menunjukkan bahwa di dalam ketiga cerita rakyat tersebut ditemukan sebanyak dua puluh delapan nilai budaya. Nilai- nilai budaya tersebut dikelompokkan ke dalam lima unsur sistem nilai budaya, yaitu tentang hubungan: (1) manusia dengan Tuhan, (2) manusia dengan karyanya, (3) manusia dengan ruang dan waktu, (4) manusia dengan alam sekitar, dan (5) manusia dengan sesamanya. Mengenai keberlakuannya, secara umum nilai-nilai budaya tersebut masih berlaku dalam kehidupan masyarakat Sakai dewasa ini. Melalui hasil uji-coba tentang kesesuaian cerita rakyat Sakai dengan perkembangan kognitif anak dapat diketahui bahwa tingkat pemahaman anak usia 6-12 tahun terhadap cerita Umbot Mudo lebih baik daripada pemahaman mereka terhadap cerita Tukang Joat, dan pemahaman mereka terhadap cerita Tukang Joat lebih baik pula daripada pemahaman mereka tertiadap cerita Bujang Enok

Item Type: Thesis (S2)
Uncontrolled Keywords: Pendidikan, Cerita Rakyat, Sakai, Nilai Budaya, Struktur Budaya
Subjects: G Geography. Anthropology. Recreation > GN Anthropology
G Geography. Anthropology. Recreation > GR Folklore
L Education > L Education (General)
Divisions: Sekolah Pasca Sarjana > Pendidikan Bahasa Indonesia S-2
Depositing User: Eva Rufaida Rahman
Date Deposited: 02 Oct 2020 19:53
Last Modified: 02 Oct 2020 19:53
URI: http://repository.upi.edu/id/eprint/54811

Actions (login required)

View Item View Item