AJÉN BUDAYA DINA UPACARA MAPAG LISUNG ANYAR DI KASEPUHAN CIPTAGELAR KABUPATEN SUKABUMI PIKEUN BAHAN PANGAJARAN MACA ARTIKEL BUDAYA DI SMA KELAS XII

Mega Mutiaraningrum, - (2020) AJÉN BUDAYA DINA UPACARA MAPAG LISUNG ANYAR DI KASEPUHAN CIPTAGELAR KABUPATEN SUKABUMI PIKEUN BAHAN PANGAJARAN MACA ARTIKEL BUDAYA DI SMA KELAS XII. S1 thesis, Universitas Pendidikan Indonesia.

[img] Text
S_BD_1606194_Title.pdf

Download (725kB)
[img] Text
S_BD_1606194_Chapter1.pdf

Download (388kB)
[img] Text
S_BD_1606194_Chapter2.pdf
Restricted to Staf Perpustakaan

Download (493kB)
[img] Text
S_BD_1606194_Chapter3.pdf

Download (494kB)
[img] Text
S_BD_1606194_Chapter4.pdf
Restricted to Staf Perpustakaan

Download (981kB)
[img] Text
S_BD_1606194_Chapter5.pdf

Download (255kB)
[img] Text
S_BD_1606194_Appendix.pdf
Restricted to Staf Perpustakaan

Download (823kB)
Official URL: http://repository.upi.edu

Abstract

Masalah dalam penelitian ini adalah kebudayaan orang Sunda sudah mulai tergeser oleh kebudayaan asing, salah satu buktinya adalah banyaknya remaja Sunda zaman sekarang sudah lupa akan jati dirinya sebagai orang Sunda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) asal-usul upacara mapag lisung anyar; 2) proses upacara mapag lisung anyar; 3) nilai budaya yang terdapat dalam upacara mapag lisung anyar; 4) penerapan upacara mapag lisung anyar untuk bahan pembelajaran membaca artikel budaya di SMA kelas XII. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analisis dengan pendekatan kualitatif. Teknik yang digunakan yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian yang diperoleh adalah upacara mapag lisung anyar adalah ritual yang dilaksanakan oleh masyarakat Kasepuhan Ciptagelar untuk mengungkapkan rasa syukur dan hormat karena memiliki lisung baru dengan cara disambut. Prosesnya terbagi menjadi tiga tahap yaitu pra-upacara (menyiapkan sesajen, membuat lisung, membuat kalung lisung, membuat bubur bolohok), berlangsungnya upacara (membawa lisung, memakaikan kalung ke lisung, gegendék), dan pasca-upacara. Nilai budaya yang terdapat dalam upacara mapag lisung anyar, yaitu: 1) hakikat hidup mengajarkan agar mau berusaha dan berikhtiar untuk menghasilkan kehidupan yang lebih baik; 2) hakikat karya yang menunjukkan bahwa upacara mapag lisung anyar merupakan hasil karya masyarakat Kasepuhan Ciptagelar yang bisa menghasilkan lisung baru dan kalung lisung; 3) hakikat kedudukan manusia dalam ruang dan waktu yang menunjukan bahwa upacara mapag lisung anyar dilaksanakan dari pagi ke siang; 4) hakikat hubungan manusia dengan alam sekitarnya yang menunjukkan bahwa manusia memiliki derajat yang paling tinggi dan mulya dibandingkan makhluk lainnya; serta 5) hakikat hubungan manusia dengan sesamanya yang menunjukkan bahwa manusia itu saling membutuhkan dalam menjalankan kehidupan terlihat waktu membuat lisung, membawa lisung dan gegendék. Kata Kunci: nilai budaya, bahan pembelajaran, upacara mapag lisung anyar. The issues of this research lie in the culture of Sundanese which has been slowly removed and eventually replaced by foreign culture. One of those issues is that most of the youths have forgotten their identity as Sundanese. This research we have been conducting for a couple of months aims to find out: 1) the origin of Mapag Lisung Anyar Ceremony; 2) the process of Mapag Lisung Anyar Ceremony; 3) the cultural essence of Mapag Lisung Anyar Ceremony; 4) the application of Mapag Lisung Anyar Ceremony for learning material in reading comprehension of cultural articles for high school. The methodology used in this research is the descriptive analysis with qualitative research approach. The techniques used in this research are observation, interview and documentation. The data resource consists of person, place and paper. The result of the research comes out with the fact that according to the elders of Kasepuhan Ciptagelar, Mapag Lisung Anyar is a ritual which is performed to show gratitude and respect for receiving a new lisung by welcoming it merrily. The process itself is divided into three stages namely pre-ceremony (where the folks are occupied serving ritual offerings, making both lisung and kalung lisung, making porridge which known as bubur bolohok), ceremony process (carrying lisung, putting kalung on the lisung, gegendék) and post-ceremony. The cultural essences which are obtained in the Mapag Lisung Anyar Ceremony are: 1) the essence of life that gives us lessons about effort to lead a better life; 2) the essence of art which shows that Mapag Lisung Anyar Ceremony is an authentic product of the folks of Kasepuhan Ciptagelar who are able to produce a set of new lisung and its kalung; 3) the essence of state of human beings which shows Mapag Lisung Anyar Ceremony is held from dawn to dusk; 4) the essence of relationship between human and nature that shows human is the highest and mightiest species exists on earth; and 5) the essence of human relation which shows that every living soul is in need of each other that reflects on the time of making lisung, carrying lisung and gegendék. Key words: Cultural essence; mapag lisung anyar ceremony; learning material.

Item Type: Thesis (S1)
Additional Information: No Panggil: S BD MEG a-2020; NIM : 1606194
Uncontrolled Keywords: ajén budaya, bahan pangajaran, upacara mapag lisung anyar
Subjects: L Education > L Education (General)
P Language and Literature > PL Languages and literatures of Eastern Asia, Africa, Oceania
Divisions: Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra > Jurusan/Program Studi Pendidikan Bahasa Daerah
Depositing User: Mega Mutiaraningrum
Date Deposited: 24 Sep 2020 00:51
Last Modified: 24 Sep 2020 00:51
URI: http://repository.upi.edu/id/eprint/54276

Actions (login required)

View Item View Item