PUISI SAWÉR PANGANTÉN DI KAMPUNG BOJONGKACOR

Setiady, Ega Yofi D (2013) PUISI SAWÉR PANGANTÉN DI KAMPUNG BOJONGKACOR. S1 thesis, Universitas Pendidikan Indonesia.

[img]
Preview
Text
S_IND_0907101_Title.pdf

Download (250kB) | Preview
[img]
Preview
Text
S_IND_0907101_Abstract.pdf

Download (298kB) | Preview
[img]
Preview
Text
S_IND_0907101_Table_of_Content.pdf

Download (341kB) | Preview
[img]
Preview
Text
S_IND_0907101_Chapter1.pdf

Download (345kB) | Preview
[img] Text
S_IND_0907101_Chapter2.pdf
Restricted to Staf Perpustakaan

Download (490kB)
[img]
Preview
Text
S_IND_0907101_Chapter3.pdf

Download (336kB) | Preview
[img] Text
S_IND_0907101_Chapter4.pdf
Restricted to Staf Perpustakaan

Download (1MB)
[img]
Preview
Text
S_IND_0907101_Chapter5.pdf

Download (330kB) | Preview
[img]
Preview
Text
S_IND_0907101_Bibilography.pdf

Download (302kB) | Preview
[img] Text
S_IND_0907101_Appendix.pdf
Restricted to Staf Perpustakaan

Download (417kB)
Official URL: http://repository.upi.edu

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kian menurunnya kesadaran masyarakat pada kebudayaan Sunda yang membuat sawér pangantén mulai dilupakan, sehingga penuturnya terbatas. Padahal bahasa yang disampaikannya banyak mengandung pesan moral dalam kehidupan, dan merupakan warisan budaya yang mempunyai nilai kerokhanian. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur teks, konteks penuturan, proses penciptaan, fungsi dan makna sawér pangantén yang ada di kampung Bojongkacor. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, dan pendekatan kritik sastra lisan. Sumber data dalam penelitian adalah teks puisi sawér pangantén di Kampung Bojongkacor yang dituturkan oleh juru sawer bernama Teh Neng, pada tanggal 13 Mei 2012. Prosedur penelitian yang dilakukan terdiri atas beberapa tahap, yaitu perekaman data, mentranskripsikan data, menganalisis data, dan membuat laporan penelitian. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa puisi sawér pangantén di Kampung Bojongkacor terdiri dari 7 bait, 22 kalimat, dan 40 larik. Di dalamnya terdapat pola puisi terikat yang mengacu pada pola pupuh kinanti. Pupuh kinanti dipilih karena berwatak prihatin, harapan, dan menunggu. Prihatin, diartikan pula tawakal dalam menunggu datangnya jodoh dan menjalani hidup bersama dalam berumah tangga. Hal ini menyebabkan banyak bunyi-bunyi berat yang dihasilkan dalam proses penciptaannya, tujuannya untuk menonjolkan suasana pengharapan atas doa-doa yang dipanjatkan dan suasana ketegasan dalam nasihat-nasihat yang diberikan. Akan tetapi, irama puisi sawér dituturkan dengan nada-nada yang lembut agar tidak terkesan menggurui. Adapun bahasa yang digunakan dalam puisi sawér lebih cenderung bersifat simbolik, yang menggambarkan pandangan hidup masyarakat Sunda dalam sistem budayanya, yaitu: pandangan hidup tentang Tuhan, manusia, dan alam yang saling melengkapi satu sama lain. Serta ajang pemberian nasihat, doa dan harapan yang dipanjatkan kepada Tuhan. Hal ini diperjelas dengan adanya analisis makna puisi sawér pangantén yang terbagi menjadi lima, yaitu: makna kasih sayang, makna ketakwaan kepada Tuhan, makna tanggung jawab, makna budi pekerti, dan makna harapan. Secara eksplisit, puisi sawér ini memang ditujukan bagi kedua pengantin. Akan tetapi, secara implisit, puisi tersebut ditujukan untuk semua orang yang hadir dalam upacara sawér pangantén.

Item Type: Thesis (S1)
Subjects: Universitas Pendidikan Indonesia > Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra > Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia > Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia (nonpendidikan)
Divisions: Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra > Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia > Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia (nonpendidikan)
Depositing User: Riki N Library ICT
Date Deposited: 29 Jan 2014 02:11
Last Modified: 29 Jan 2014 02:11
URI: http://repository.upi.edu/id/eprint/5038

Actions (login required)

View Item View Item