LABELISASI BERINDIKASI UJARAN KEBENCIAN DALAM PERISTIWA PEMILU DI MEDIA SOSIAL TWITTER DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BUKU PENGAYAAN MEMBACA KRITIS

Suriadi, - (2019) LABELISASI BERINDIKASI UJARAN KEBENCIAN DALAM PERISTIWA PEMILU DI MEDIA SOSIAL TWITTER DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BUKU PENGAYAAN MEMBACA KRITIS. S2 thesis, Universitas Pendidikan Indonesia.

[img] Text
T_BIND_1706522_Title.pdf

Download (700kB)
[img] Text
T_BIND_1706522_Chapter 1.pdf

Download (491kB)
[img] Text
T_BIND_1706522_Chapter 2.pdf
Restricted to Staf Perpustakaan

Download (981kB)
[img] Text
T_BIND_1706522_Chapter 3.pdf

Download (717kB)
[img] Text
T_BIND_1706522_Chapter 4.pdf
Restricted to Staf Perpustakaan

Download (1MB)
[img] Text
T_BIND_1706522_Chapter 5.pdf

Download (675kB)
[img] Text
T_BIND_1706522_Chapter 6.pdf

Download (386kB)
[img] Text
T_BIND_1706522_Appendix.pdf
Restricted to Staf Perpustakaan

Download (2MB)
Official URL: http://repository.upi.edu/

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh maraknya ujaran-ujaran berindikasi kebencian di media sosial. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis motif penggunaan fitur kosakata berindikasi ujaran kebencian. Penelitian ini berwujud deskriptif kualitatif. Kosakata-kosakata yang berindikasi ujaran kebencian dianalisis menggunakan pendekatan analisis wacana kritis. Model analisis wacana kritis yang digunakan adalah model Fairclough yang menggabungkan analisis teks, interpretasi praktik kewacanaan, dan eksplanasi praktik sosiokultural. Dari hasil analisis data, fitur kosakata yang dianalisis menampilkan nilai eksperensial, nilai relasional, dan nilai ekspresif. Nilai eksprensial berupa representasi ujaran berindikasi kebencian melalui penggunaan kelebihan penyusunan kata, kata-kata ideologis, dan metafora. Kelebihan penyusunan kata merepresentasikan ujaran penghinaan pada pribadi orang lain, penghinaan pada identitas golongan, dan rasialisme. Kata-kata ideologis merepresentasikan ujaran penghinaan pada pribadi orang lain, penghinaan pada identitas golongan, dan seksisme. Metafora merepresentasikan ujaran penghinaan pada pribadi orang lain, penghinaan identitas golongan, penghinaan identitas keagamaan dan organisasi keagamaan, dan rasialisme. Nilai relasional berupa representasi ujaran berindikasi kebencian melalui penggunaan fitur lingual berwujud kata-kata formal dan kata-kata informal. Kata-kata formal merepresentasikan ujaran penghinaan pada pribadi orang lain yang berdampak pada identitas golongannya. Kata-kata informal merepresentasikan ujaran penghinaan pada pribadi yang berdampak pada identitas golongan dan penghinaan identitas keagamaan. Nilai ekspresif berupa reprensentasi ujaran berindikasi kebencian melalui penggunaan fitur lingual berwujud evaluasi negatif. Evaluasi negatif merepresentasikan ujaran penghinaan pada pribadi orang lain, penghinaan pada identitas golongan, penghinaan pada identitas keagamaan, dan penghinaan pada tampilan fisik (body shaming). Sebagai upaya mencegah ujaran berindikasi kebencian tersebut, disusun formula lingual yang terdiri atas dua fokus ujaran, yakni: menghindari ujaran penghinaan dan provokasi pada suku, agama, ras, fisik, dan sebagainya; dan menerapkan prinsip-prinsip kesantuan berbahasa. Selanjutnya sebagai implikasi dari hasil penelitian, disusun buku pengayaan membaca kritis. Kata Kunci: fitur kosakata, nilai eksperensial, nilai relasional, nilai ekspresif, ujaran kebencian. This study was conducted to respond to the growth of written expressions indicated to represent hate speech in social media. This study aimed to analyze the motives of a lingual feature use in the form of vocabularies on the expressions indicated as hate speech. This study employed a qualitative descriptive method with a critical discourse analysis approach. The critical discourse analysis model by Fairclough used in this study combines text analysis, interpretations of discourse practice, and explanation of sociocultural. Based on the result found, the analyzed vocabularies showed experiential value, relational value, and expressive value. From the experiential value, it was appealed that this value represents expressions indicated as hate speech through the use of over wording, ideological words, and metaphor. Over wording portrays hate speech as to insult others, social-group-identity, and racialism. The ideological words used to represent hate speech for insulting a person, social-group-identity insults, and sexism. Metaphor shows expressions of hate if it is about insulting others, social group identity, religion, and ethnic (racialism). The relational value pictures hate speech through the formal use of lingual feature i.e. insulting a person referring to his/her group identity and the informal use of lingual feature i.e. an insult to others referring to his/her group identity and religion. Seen from the expressive value that it pictures hate speech through the use of lingual feature negative-evaluation describing hate speech with the expressions of insulting a person, group identity, religion, and physical appearance (body shaming). Then, in order to prevent this phenomenon, this study proposes a formula consisting of three focuses that are: avoid the use of vocabularies representing insults and provocation on ethnic, religious, racial, physical, etc; and apply the language politeness principles. Finally, as an implication of the result, a critical reading enrichment book was prepared. Keywords: vocabulary fiture, experiential value, relational value, expressive value, hate speech

Item Type: Thesis (S2)
Uncontrolled Keywords: fitur kosakata, nilai eksperensial, nilai relasional, nilai ekspresif, ujaran kebencian.
Subjects: L Education > L Education (General)
P Language and Literature > P Philology. Linguistics
Divisions: Sekolah Pasca Sarjana > Pendidikan Bahasa Indonesia S-2
Depositing User: Suriadi
Date Deposited: 24 Apr 2020 08:00
Last Modified: 24 Apr 2020 08:00
URI: http://repository.upi.edu/id/eprint/38776

Actions (login required)

View Item View Item