Maulana, Ikmal (2017) DARI YOGYA-MERAJUT ASA-MENGGAPAI ANGKASA : Sekolah Penerbang Maguwo sebagai Lembaga Pencetak Penerbang AURI pada masa Revolusi Fisik (1945-1950). S1 thesis, Universitas Pendidikan Indonesia.
Text
S_SEJ_1303954_Title.pdf Download (329kB) |
|
Text
S_SEJ_1303954_Abstract.pdf Download (380kB) |
|
Text
S_SEJ_1303954_Table_of_Content.pdf Download (190kB) |
|
Text
S_SEJ_1303954_Chapter1.pdf Download (416kB) |
|
Text
S_SEJ_1303954_Chapter2.pdf Restricted to Staf Perpustakaan Download (660kB) |
|
Text
S_SEJ_1303954_Chapter3.pdf Download (465kB) |
|
Text
S_SEJ_1303954_Chapter4.pdf Restricted to Staf Perpustakaan Download (943kB) |
|
Text
S_SEJ_1303954_Chapter5.pdf Download (397kB) |
|
Text
S_SEJ_1303954_Bibliography.pdf Download (427kB) |
|
Text
S_SEJ_1303954_Appendix.pdf Restricted to Staf Perpustakaan Download (683kB) |
Abstract
Skripsi ini berjudul “DARI YOGYA-MERAJUT ASA-MENGGAPAI ANGKASA: Sekolah Penerbang Maguwo sebagai Lembaga Pencetak Penerbang AURI pada masa Revolusi Fisik (1945-1950)”. Latar belakang penulis mengkaji topik tersebut dikarenakan penelitan mengenai bagaimana sistem pendidikan di militer pada masa awal kemerdekaan relatif kurang jika dibandingkan penelitian mengenai tokoh, strategi ataupun pertempuran-pertempuran pada masa revolusi fisik. Masalah utama yang diangkat dalam skripsi ini adalah “Bagaimana proses didirikannya serta peranan Sekolah Penerbang Maguwo pada tahun 1945-1950?”. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, penulis menggunakan metode historis yang terdiri atas empat langkah yaitu pengumpulan sumber, kritik sumber, interpretasi dan historiografi. Untuk mempermudah analisis, penulis menggunakan pendekatan interdisipliner melalui kajian di bidang ilmu pendidikan dan sosiologi yakni dengan menggunakan konsep pendidikan kejuruan dan konsep peranan. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa pertama, latar belakang didirikannya Sekolah Penerbang Maguwo ialah ketiadaan lembaga pendidikan penerbang yang dapat memenuhi kebutuhan penerbang dalam rangka mempertahankan kemerdekaan dari ancaman Belanda. Karena ketiadaan lembaga pendidikan tersebut, maka Adisutjipto berinisiatif untuk membentuk sekolah penerbang di Maguwo dan menjadi instruktur di sekolah tersebut. Kedua, kurikulum yang dilaksanakan di sekolah penerbang Maguwo ialah “Cakap Terbang” artinya bahwa pelatihan-pelatihan yang dijalani di tempat ini diarahkan supaya para kadet dapat secepat mungkin memiliki keterampilan dalam menerbangkan pesawat. Ketiga, meskipun sarana dan prasarana penunjang pelaksanaan pendidikan terbatas, tetapi berkat semangat pantang menyerah, para kadet mampu menunjukan keberhasilan pelaksanaan pendidikan salah satunya ialah keberhasilan para kadet dalam melaksanakan operasi penyerangan terhadap kedudukan Belanda di kota Semarang, Salatiga dan Ambarawa. Akan tetapi sejarah penerbangan ialah sejarah pengorbanan karena terdapat pula kadet dan instruktur sekolah yang kehilangan nyawanya saat melaksanakan operasi udara seperti yang dialami oleh Adisutjipto, Abdulrachman Saleh dan Adi Sumarmo yang gugur dalam peristiwa Dacota VT-CLA.----------This minithesis titled as “DARI YOGYA-MERAJUT ASA-MENGGAPAI ANGKASA: Sekolah Penerbang Maguwo sebagai Lembaga Pencetak Penerbang AURI pada masa Revolusi Fisik (1945-1950)”. Background of the research is examine the topic on how the military’s education system in the early days of independence is relatively less researched compared to research on figures, strategies or battles during the independence revolution. The main issue raised in this minithesis is "how the process of formation and the role of the Maguwo’s Aviation School in 1945-1950?". In the process to answer that main issue, the author used the historical method to perform four steps namely heuristics, criticism of sources, interpretation and historiography. To facilitate the analysis, the author used the interdisciplinary approach through studies in the field of education and sociology by using the vocational education’s concept and the role’s concept. Based on the results of the research it can be found that first, the formation’s background of the Maguwo’s Aviation School was the absence of aviation education’s institutions that could fulfill the needs of the aviators in order to defended the independence from the Dutch’s threat. The absence of the aviation educational institutions, Adisutjipto took the initiative to setted up an aviation school in Maguwo and became the instructor at the school. Second, the curriculum undertaken at the Maguwo's Aviation School is “Cakap Terbang” means that the training undertaken at this school is directed the cadets to have the skill in flying the plane quickly. Third, although the facilities and infrastructure which supported the implementation of education was limited, but because of the unyielding's spirit, the cadets were able to demonstrate the successful implementation of the education, one of them was the success of the cadets in executed operations against the Dutch's position in Semarang, Salatiga and Ambarawa. But, the aviation history is a history of sacrifice because there were also cadets and school instructors who died while executed the air operations as experienced by Adisutjipto, Abdulrachman Saleh and Adi Sumarmo who died in the Dacota VT-CLA.
Item Type: | Thesis (S1) |
---|---|
Additional Information: | No.Panggil:S SEJ MAU d-2017; Pembimbing: I. Erlina Wivanarti, II. Farida Sarimaya; NIM: 1303954 |
Uncontrolled Keywords: | Sekolah Penerbang Maguwo, Penerbang AURI, Adisutjipto, Perjuangan dan Pengorbanan, Mempertahankan Kemerdekaan. |
Subjects: | L Education > L Education (General) |
Divisions: | Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial > Pendidikan Sejarah |
Depositing User: | Mrs. Santi Santika |
Date Deposited: | 27 Aug 2018 01:51 |
Last Modified: | 27 Aug 2018 01:51 |
URI: | http://repository.upi.edu/id/eprint/31396 |
Actions (login required)
View Item |