Rohmah, Rini Andriani (2016) STUDI KASUS GEGAR BUDAYA MAHASISWA AFIRMASI PAPUA DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. S1 thesis, Universitas Pendidikan Indonesia.
|
Text
S_IKOM_1202934_Title.pdf Download (161kB) | Preview |
|
|
Text
S_IKOM_1202934_Abstract.pdf Download (135kB) | Preview |
|
|
Text
S_IKOM_1202934_Table_of_content.pdf Download (133kB) | Preview |
|
|
Text
S_IKOM_1202934_Chapter 1.pdf Download (283kB) | Preview |
|
Text
S_IKOM_1202934_Chapter 2.pdf Restricted to Staf Perpustakaan Download (533kB) |
||
|
Text
S_IKOM_1202934_Chapter 3.pdf Download (282kB) | Preview |
|
Text
S_IKOM_1202934_Chapter 4.pdf Restricted to Staf Perpustakaan Download (682kB) |
||
|
Text
S_IKOM_1202934_Chapter 5.pdf Download (146kB) | Preview |
|
|
Text
S_IKOM_1202934_Bibliography.pdf Download (264kB) | Preview |
|
Text
S_IKOM_1202934_Appendix.pdf Restricted to Staf Perpustakaan Download (1MB) |
Abstract
Setiap individu yang memasuki suatu lingkungan dengan budaya baru cenderung mengalami gegar budaya sebagai bagian dari upaya penyesuaian diri dengan lingkungannya. Seperti halnya yang dialami oleh mahasiswa perantau yang menuntut ilmu diluar tempat tinggalnya. Mereka harus menghadapi perbedaan budaya serta harus melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan serta kebiasaan masyarakat dalam lingkungan barunya. Penelitian ini akan memfokuskan pada pengalaman gegar budaya pada mahasiswa afirmasi Papua dilihat dari kompetensi antarbudaya yang dimilikinya. Subjek dalam penelitian ini adalah empat orang mahasiswa afirmasi Papua angkatan 2013 yang dipilih secara snowball sampling. Penelitian ini juga melibatkan delapan informan yang berstatus sebagai rekan sekelas, dosen pengajar serta masyarakat di lingkungan kostan subjek. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan strategi penelitian studi kasus dengan menggunakan teknik wawancara mendalam serta observasi terus terang atau tersamar. Data yang telah dikumpulkan dianalisis menggunakan metode analisis Milles-Huberman. Temuan dari penelitian ini adalah keempat subjek mengalami gegar budaya pada saat awal kedatangannya ke Bandung karena menemukan beberapa perbedaan terkait dengan persepsi antarbudaya terutama dalam hal bahasa, paralinguistik, makanan, serta lingkungan sosial masyarakat. Sementara terkait dengan konsep antarbudaya, secara umum subjek sudah memiliki kesadaran budaya yang cukup baik dalam menghadapi persamaan dan perbedaan budaya yang ada. Hambatan antarbudaya yang menjadi kendala bagi subjek adalah terkait dengan lingkungan sosial, aspek fisiologis, serta psikologis. Meskipun demikian secara umum subjek memiliki kompetensi antarbudaya yang cukup baik dalam menghadapi gegar budaya. ;---Every individual who enters foreign environment with new cultures tend to experience culture shock as part of an effort to adjust to the environment. Culture shock mostly experienced by migrant students who studying aboard. They have to face the cultural differences and need to make adjustments to the environment and people's habits in a new environment.This study will focus on the culture shock experience which also occurred in Papua student affirmation in terms of its intercultural competence which they have. The informants for this research were four Papua student affirmation class of 2013, which was selected by snowball sampling. This research also involving eight more informants which is their classmate, their lecturer, and the community which subjects participate in. This study used a qualitative approach with the case study strategy where the results of this study was obtained through in-depth interviews and a direct observation to the informants. The collected data then be analyzed using Miles-Huberman Anayses method. The finding of this research showed that the four subjects have a culture shock at their first time coming to Bandung because some differences related to intercultural perception especially language, dialect, accent, the way speaking, food, and also the social relationship. Meanwhile, related to the concept of intercultural, generally subject already has a pretty good cultural awareness in the face of cultural similarities and differences that exist. Intercultural noises were an obstacle for the subject is related to the social environment, the physiological aspects, and psychological. Despite the fact they have an intercultural competition which sufficient enough to overcome their culture shock.
Item Type: | Thesis (S1) |
---|---|
Additional Information: | No Panggil: S IKOM ROH p-2016 Pembingbing: I. Achmad Hufad, II. Tito Edy Priandono |
Uncontrolled Keywords: | gegar budaya, mahasiswa afirmasi Papua, kompetensi antar budaya,culture shock, Papua student affrmation, intercultural competition |
Subjects: | H Social Sciences > H Social Sciences (General) |
Depositing User: | Mr mhsinf 2017 |
Date Deposited: | 14 Aug 2017 02:54 |
Last Modified: | 14 Aug 2017 02:54 |
URI: | http://repository.upi.edu/id/eprint/24796 |
Actions (login required)
View Item |