Sarah Rasyida Hanifah, - and Tutin Aryanti, - and Restu Minggra, - (2025) MENTAL HEALTH AND WELLNESS CENTER DI KOTA BANDUNG KONSEP: ARSITEKTUR TERAPEUTIK. S1 thesis, Universitas Pendidikan Indonesia.
Abstract
Kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Gangguan pada kesehatan mental suatu individu dapat berpengaruh besar dalam produktivitas, kemudian membebani negara dalam jangka panjang. Lingkungan yang cepat dan kompetitif dengan tekanan berkepanjangan, serta keterbatasan pada fasilitas dan informasi terkait sarana pelayanan kesehatan mental pun berpengaruh terhadap tingginya angka penderita gangguan mental yang menunjukkan adanya kebutuhan fasilitas yang mendukung pemulihan secara lebih efektif di Kota Bandung. Perencanaan dan perancangan Mental Health and Wellness Center diusung untuk menjadi solusi dalam menciptakan lingkungan penyembuhan yang lebih baik. Sarana direncanakan untuk menjadi ruang perlindungan bagi penduduk kota yang resah akan kesehatan mentalnya dalam suatu lingkungan informal yang ramah dan terbuka. Dalam hal ini, pertimbangan hubungan antara ruang fisik dengan aspek psikologis, fisiologis, serta sosial yang ditekankan dalam konsep arsitektur terapeutik menjadi krusial untuk mendukung kegiatan terapi secara menyeluruh. Empat kriteria utama dalam konsep arsitektur terapeutik yang diterapkan dalam desain ini ditujukan untuk mengakomodasi proses interaksi sosial dengan mengoptimalkan hubungan antar ruang luar dan dalam, dalam suasana lingkungan seperti di rumah yang menjaga keamanan dan privasi dari pengguna itu sendiri. Implementasi desain yang diterapkan mencakup zonasi ruang yang jelas, sirkulasi yang efisien, serta elemen arsitektur yang dapat mengurangi stres, seperti pemanfaatan pencahayaan alami, ruang hijau, pengendalian sensori, dan lain-lain. Pendekatan komunitas juga menjadi bagian penting dalam perancangan, guna menghilangkan stigma negatif terhadap penderita gangguan mental melalui edukasi dan advokasi sosial yang diterapkan secara aktif atau pasif dalam desain bangunan dan kawasan. Dengan metode perancangan glass box yang berbasis pada analisis kontekstual, desain ini diharapkan mampu meningkatkan kualitas hidup penderita sekaligus memperkuat integrasi mereka dalam masyarakat. Perencanaan dan perancangan ini tidak hanya bertujuan sebagai sarana pelayanan kesehatan jiwa, tetapi juga sebagai ruang yang mendukung interaksi sosial positif, menciptakan lingkungan yang lebih ramah, dan mendorong kesadaran akan pentingnya kesehatan mental secara luas. Mental health is as important as physical health. Mental health disorders can significantly impact productivity and ultimately burden the nation in the long run. A fast-paced and competitive environment with prolonged pressure, along with limited facilities and information related to mental health services, has contributed to the high number of people with mental disorders, demonstrating the need for facilities that support more effective recovery in Bandung. The planning and design of the Mental Health and Wellness Center was proposed as a solution to create a better healing environment. The facility is intended to be a refuge for city residents concerned about their mental health in a friendly and open, informal environment. In this regard, consideration of the relationship between physical space and psychological, physiological, and social aspects, emphasized in the concept of therapeutic architecture, is crucial to supporting comprehensive therapy activities. The four main criteria in the therapeutic architecture concept applied in this design are aimed at accommodating social interaction processes by optimizing the relationship between outdoor and indoor spaces, in a home-like environment that maintains the security and privacy of the users themselves. The design implementation includes clear room zoning, efficient circulation, and architectural elements that can reduce stress, such as the use of natural lighting, green space, sensory control, and others. A community approach is also a key part of the design, aimed at eliminating the negative stigma against people with mental disorders through education and social advocacy, implemented actively or passively in building and area design. Using a glass box design method based on contextual analysis, this design is expected to improve the quality of life for those with mental health conditions while strengthening their integration into society. This planning and design aim not only to provide mental health services but also to provide a space that supports positive social interactions, creates a more welcoming environment, and raises awareness of the importance of mental health more broadly.
![]() |
Text
S_TA_2104361_Title.pdf Download (484kB) |
![]() |
Text
S_TA_2104361_Chapter 1.pdf Download (407kB) |
![]() |
Text
S_TA_2104361_Chapter 2.pdf Restricted to Staf Perpustakaan Download (2MB) |
![]() |
Text
S_TA_2104361_Chapter 3.pdf Download (4MB) |
![]() |
Text
S_TA_2104361_Chapter 4.pdf Restricted to Staf Perpustakaan Download (3MB) |
![]() |
Text
S_TA_2104361_Chapter 5.pdf Download (278kB) |
![]() |
Text
S_TA_2104361_Appendix.pdf Restricted to Staf Perpustakaan Download (52MB) |
Item Type: | Thesis (S1) |
---|---|
Additional Information: | https://scholar.google.com/citations?hl=en&user=C6PtRMIAAAAJ ID SINTA Dosen Pembimbing Tutin Aryanti: 258178 Restu Minggra: 5994304 |
Uncontrolled Keywords: | Kesehatan mental, Pusat kesehatan mental, Arsitektur terapeutik. Mental health, Mental health facilities, Therapeutic architecture. |
Subjects: | L Education > L Education (General) > NA Architecture |
Divisions: | Fakultas Pendidikan Teknik dan Industri > Arsitektur - S1 |
Depositing User: | Sarah Rasyida Hanifah |
Date Deposited: | 07 Oct 2025 03:43 |
Last Modified: | 07 Oct 2025 03:43 |
URI: | http://repository.upi.edu/id/eprint/142200 |
Actions (login required)
![]() |
View Item |