PERANAN KAUM BELANDA DEPOK DALAM MENJALANKAN PEMERINTAHAN GEMEENTE BESTUUR (1913-1952)

Keisha Aulia Rahim, - (2024) PERANAN KAUM BELANDA DEPOK DALAM MENJALANKAN PEMERINTAHAN GEMEENTE BESTUUR (1913-1952). S1 thesis, Universitas Pendidikan Indonesia.

[img] Text
S_SEJ_2001371_Title.pdf

Download (514kB)
[img] Text
S_SEJ_2001371_Chapter 1.pdf

Download (347kB)
[img] Text
S_SEJ_2001371_Chapter 2.pdf
Restricted to Staf Perpustakaan

Download (400kB)
[img] Text
S_SEJ_2001371_Chapter 3.pdf

Download (347kB)
[img] Text
S_SEJ_2001371_Chapter 4.pdf
Restricted to Staf Perpustakaan

Download (2MB)
[img] Text
S_SEJ_2001371_Chapter 5.pdf

Download (614kB)
[img] Text
S_SEJ_2001371_Appendix.pdf
Restricted to Staf Perpustakaan

Download (15MB)
Official URL: http://repository.upi.edu

Abstract

Penulisan skripsi ini dilatarbelakangi oleh dinamika unik pada masyarakat di tanah partikelir Depok dengan keberadaan kaum Belanda Depok, para budak dari berbagai daerah yang nantinya menjadi penguasa tanah partikelir Depok. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peranan sosial dan politik kaum Belanda Depok dalam Gemeente Bestuur Depok pada tahun 1913-1952 dimana terdapat lima presiden antara lain Gerrit Jonathans, Frederick Samuel Laurens, G. Loen, Johannes C. Jonathans, dan Johannes Mathijs Jonathans. Metode historis digunakan dengan langkah-langkah seperti heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Temuan dalam penelitian skripsi ini mengenai Cornelis Chastelein yang membeli tanah Depok lalu membawa para budaknya untuk menggarap pertanian dan perkebunan, tercipta hubungan patron-client diantara keduanya menyebabkan Cornelis Chastelein memerdekakan dan mewariskan tanah Depok kepada para budak yang menyatukan diri sebagai 12 marga kaum Belanda Depok dengan syarat sakremen pembatisan. Kaum Belanda Depok memiliki peranan penting dalam badan kepengurusan Gemeente Bestuur Depok, sebuah pemerintahan bercorak "republik" yang terdiri dari presiden, sekretaris, bendahara, tenaga pembukuan, kumitir dan pecalang berdasarkan Reglement van het Land Depok. Pemerintahan Gemeente Bestuur Depok tetap berjalan selama kolinialisme Jepang dan peristiwa Gedoran Depok yang melunturkan kejayaan kaum Belanda Depok hingga Gemeente Bestuur Depok dibubarkan karena adanya kebijakan Penghapusan Tanah Partikelir di Indonesia. Dibentuk Yayasan Lembaga Cornelis Chastelelein (YLCC) dengan tujuan menghormati jasa Cornelis Chastelein dan memberikan pelayanan sosial serta pendidikan bagi kaum Belanda Depok. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian-penelitian berikutnya dengan latar tempat dan waktu yang sama namun berbeda sudut pandang untuk mengetahui lebih lanjut terkait fakta baru yang belum terungkap. The writing of this thesis is motivated by the unique dynamics of society in the Depok private land with the existence of the Belanda Depok, slaves from various regions who later became the rulers of the Depok private land. This research aims to analyze the social and political role of Belanda Depok in Gemeente Bestuur Depok 1913-1952 where there were five presidents including Gerrit Jonathans, Frederick Samuel Laurens, G. Loen, Johannes C. Jonathans, and Johannes Mathijs Jonathans. The historical method is used with steps such as heuristics, source criticism, interpretation, and historiography. The findings in this thesis research are about Cornelis Chastelein who bought Depok land and then brought his slaves to work on agriculture and plantations, creating a patron-client relationship between the two of them causing Cornelis Chastelein to liberate and bequeath Depok land to slaves who united themselves as 12 clans of Belanda Depok with the condition of sacralization. Belanda Depok played an important role in the management of Gemeente Bestuur Depok, a "republican" style government consisting of a president, secretary, treasurer, bookkeeper, kumitir and pecalang based on the Reglement van het Land Depok. Gemeente Bestuur Depok continued to operate during Japanese colonialism and Gedoran Depok incident that destroyed the glory of Belanda Depok until Gemeente Bestuur Depok was dissolved due to the Abolition of Partition Land policy in Indonesia. Yayasan Cornelis Chastelein was established with the aim of honoring Cornelis Chastelein's services and providing social and educational services for Belanda Depok. This research is expected to be a reference for future studies with the same place and time background but different perspectives to find out more about new facts that have not been revealed.

Item Type: Thesis (S1)
Additional Information: https://scholar.google.com/citations?hl=en&user=NBLT6psAAAAJ ID Sinta Dosen Pembimbing: SINTA ID Murdiyah Winarti : 5992631 SINTA ID Wildan Insan Fauzi : 5992676
Uncontrolled Keywords: Kaum Belanda Depok, Gemeente Bestuur, Gedoran Depok, Tanah Partikelir, Private Land
Subjects: L Education > LA History of education
Divisions: Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial > Pendidikan Sejarah
Depositing User: Keisha Aulia Rahim
Date Deposited: 30 Sep 2024 04:10
Last Modified: 30 Sep 2024 04:10
URI: http://repository.upi.edu/id/eprint/126616

Actions (login required)

View Item View Item