VIDEO KRITIK TERHADAP KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH: Kajian Makna Interpersonal

Yunita Ayuningsih, - (2024) VIDEO KRITIK TERHADAP KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH: Kajian Makna Interpersonal. S2 thesis, Universitas Pendidikan Indonesia.

[img] Text
T_LING_2208636_Title.pdf

Download (397kB)
[img] Text
T_LING_2208636_Chapter1.pdf

Download (257kB)
[img] Text
T_LING_2208636_Chapter2.pdf
Restricted to Staf Perpustakaan

Download (415kB)
[img] Text
T_LING_2208636_Chapter3.pdf

Download (338kB)
[img] Text
T_LING_2208636_Chapter4.pdf
Restricted to Staf Perpustakaan

Download (1MB)
[img] Text
T_LING_2208636_Chapter5.pdf

Download (214kB)
[img] Text
T_LING_2208636_Appendix.pdf
Restricted to Staf Perpustakaan

Download (1MB)
Official URL: https://repository.upi.edu/

Abstract

Media sosial telah menjadi sarana baru bagi masyarakat untuk menyuarakan pendapat dan kritik mereka terhadap kebijakan publik. Fenomena tersebut tidak hanya mencerminkan pergeseran dalam cara masyarakat berpartisipasi dalam wacana politik, tetapi juga menimbulkan pertanyaan penting tentang bagaimana bahasa digunakan dalam konteks kritik politik pada tingkat lokal. Permasalahan seperti itu sebaiknya direspons oleh akademisi dalam bidang linguistik untuk membuat penelitian. Salah satunya, yaitu analisis wacana dengan perspektif Linguistik Sistemik Fungsional. Tujuan penelitian ini, yaitu mengungkap posisi antara pengkritik dengan objek yang dikritiknya dan mengungkap sikap apa saja yang digunakan. Penelitian ini menggunakan desain kualitatif. Sumber data berasal dari media sosial Tiktok yang berupa video kritik terhadap kebijakan pemerintah daerah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara interpersonal, terdapat tiga posisi antara pengkritik dengan pemerintah daerah yang dikritiknya, yaitu: 1) posisi pengkritik setara dengan pemerintah daerah; 2) posisi pengkritik dominan terhadap pemerintah daerah; dan 3) posisi pengkritik berada di bawah pemerintah daerah. Posisi setara bisa dilihat dari penggunaan tipe mood dengan jenis indikatif – deklaratif, fungsi tutur dengan pola memberi – informasi – pernyataan, dan vokatif yang netral. Sementara itu, posisi pengkritik yang dominan bisa dilihat dari adanya penggunaan modulasi jenis obligasi dengan tingkatan tinggi, penggunaan tipe mood dengan jenis imperatif dan fungsi tutur dengan pola meminta – barang dan jasa – perintah, dan vokatif yang menunjukkan dominasi. Posisi pengkritik yang berada di bawah pemerintah daerah bisa dilihat dari penggunaan tipe mood dengan jenis indikatif – deklaratif, fungsi tutur dengan pola memberi – informasi – pernyataan, dan vokatif yang menunjukkan rasa hormat. Kemudian, penelitian ini mengidentifikasi bahwa sikap (attitude) yang terdapat dalam penelitian ini didominasi oleh penghakiman (judgement). Social media has become a new means for the public to voice their opinions and criticisms of public policies. This phenomenon not only reflects a shift in how society participates in political discourse but also raises important questions about how language is used in the context of political criticism at the local level. Such issues should be addressed by academics in the field of linguistics to conduct research. One approach is discourse analysis from the perspective of Systemic Functional Linguistics. The aim of this research is to reveal the positions between critics and the objects of their criticism and to uncover the types of attitudes used. This study employs a qualitative design. The data source is derived from TikTok social media in the form of videos criticizing local government policies. The results of this study indicate that interpersonally, there are three positions between critics and the local governments they criticize: 1) the critic's position is equal to the local government; 2) the critic's position is dominant over the local government; and 3) the critic's position is subordinate to the local government. The equal position can be seen from the use of mood types of indicative-declarative, speech functions with the pattern of giving-information-statement, and neutral vocatives. Meanwhile, the dominant position of critics can be seen from the use of high-level obligation modulation, imperative mood types, speech functions with the pattern of demanding-goods and services-command, and vocatives that show dominance. The subordinate position of critics can be seen from the use of indicative-declarative mood types, speech functions with the pattern of giving-information-statement, and vocatives that show respect. Furthermore, this study identifies that the attitude found in this research is dominated by judgment.

Item Type: Thesis (S2)
Additional Information: https://scholar.google.com/citations?hl=en&user=qbhDnYMAAAAJ ID SINTA Dosen Pembimbing: Wawan Gunawan: 5994823 Budi Hermawan: 6728996
Uncontrolled Keywords: Makna Interpersonal, Kritik, Kebijakan, Pemerintah daerah, Media Sosial. Interpersonal Meaning, Criticism, Policy, Local Government, Social Media.
Subjects: L Education > L Education (General)
P Language and Literature > P Philology. Linguistics
Divisions: Sekolah Pasca Sarjana > Linguistik S-2
Depositing User: Yunita Ayuningsih
Date Deposited: 12 Sep 2024 03:18
Last Modified: 12 Sep 2024 03:18
URI: http://repository.upi.edu/id/eprint/122843

Actions (login required)

View Item View Item