Tiara Fahmiyatul Ulmi, - (2024) SINERGITAS PERAN AKTOR PENTAHELIX DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SEBAGAI UPAYA MENJAGA EKSISTENSI BATIK SINGKAWANG: Studi Kasus Tiga Penjuru Kota Singkawang. S2 thesis, Universitas Pendidikan Indonesia.
Text
T_SOS_2113016_Title.pdf Download (591kB) |
|
Text
T_SOS_2113016_Chapter1.pdf Download (207kB) |
|
Text
T_SOS_2113016_Chapter2.pdf Restricted to Staf Perpustakaan Download (727kB) |
|
Text
T_SOS_2113016_Chapter3.pdf Download (269kB) |
|
Text
T_SOS_2113016_Chapter4.pdf Restricted to Staf Perpustakaan Download (7MB) |
|
Text
T_SOS_2113016_Chapter5.pdf Download (189kB) |
|
Text
T_SOS_2113016_Appendix.pdf Restricted to Staf Perpustakaan Download (7MB) |
Abstract
Industri Batik di Singkawang menghadapi berbagai tantangan yang mengancam keeksistensian batik Ragam Corak Singkawang Tiga Penjuru, hal ini menunjukkan perlu adanya upaya untuk menjaga eksistensi batik tersebut. Tujuan penelitian ini untuk menggali informasi dan menganalisis secara mendalam sinergitas peran aktor pentahelix dalam pemberdayaan masyarakat sebagai upaya menjaga eksistensi Batik Singkawang. Metode penelitian yaitu kualitatif studi kasus, di tiga wilayah Kota Singkawang. Informan penelitian terdiri dari akademisi (dosen, mahasiswa, guru); pengusaha (owner galeri Kote Singkawang, manager coffee journey, pimpinan PT. Astra wilayah Kalbar); komunitas (ketua komunitas pembatik Kote Singkawang); pemerintah (kepala bidang industri, kepala bidang ekonomi kreatif, kepala bidang budaya, ketua Dekranasda); media (jurnalis, content creator) dan masyarakat non-komunitas dipilih menggunakan purposive sampling. Sedangkan observasi, wawancara dan studi dokumentasi menjadi teknik pengumpulan data, selanjutnya dianalisis menggunakan teknik dari Miles & Huberman yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Kemudian member check dan triangulasi untuk menguji keabsahan data penelitian. Hasil penelitian menunjukkan berbagai peran aktor pentahelix dalam pemberdayaan masyarakat untuk menjaga eksistensi Batik Singkawang, tidak hanya fungsional secara manifes maupun laten, namun terdapat peran yang disfungsional. Pemberdayaan masyarakat yang dilakukan aktor pentahelix meliputi langkah-langkah mencakup tahap perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dalam proses enabling, empowering, dan protecting. Setiap proses pemberdayaan memiliki program seperti pendidikan, pelatihan, promosi, pemenuhan fasilitas dan pendirian infrastruktur. Selanjutnya aktor pentahelix melakukan sinergitas peran dengan menetapkan tujuan bersama, komunikasi, koordinasi, umpan balik, membangun kepercayaan, kreativitas, dan kerjasama dan memanfaatkan modal sosial. Hal ini untuk menghindari tumpang tindih peran yang dilakukan oleh aktor sehingga Batik Singkawang tetap eksis. The Batik industry in Singkawang faces various challenges that threaten the existence of batik Ragam Corak Singkawang Tiga Penjuru, this shows the need for efforts to maintain the existence of batik. The purpose of this research is to explore information and analyse in depth the synergy of the role of pentahelix actors in community empowerment as an effort to maintain the existence of Singkawang Batik. The research method is qualitative case study, in three areas of Singkawang City. Research informants consisted of academics (lecturers, students, teachers); entrepreneurs (owner of the Kote Singkawang gallery, coffee journey manager, head of PT Astra in the West Kalimantan region); community (head of the Kote Singkawang batik community); government (head of industry, head of creative economy, head of culture, head of Dekranasda); media (journalists, content creators) and non-community communities selected using purposive sampling. While observation, interviews and documentation studies became data collection techniques, then analysed using techniques from Miles & Huberman, namely data reduction, data presentation, and conclusion drawing or verification. Then member check and triangulation to test the validity of the research data. The results showed that the various roles of pentahelix actors in community empowerment to maintain the existence of Batik Singkawang are not only manifestly or latently functional, but there are dysfunctional roles. Community empowerment carried out by pentahelix actors includes steps including the planning, implementation, evaluation stages in the process of enabling, empowering, and protecting. Each empowerment process has programmes such as education, training, promotion, facility fulfilment and infrastructure establishment. Furthermore, pentahelix actors synergise their roles by setting common goals, communication, coordination, feedback, building trust, creativity, and cooperation and utilising social capital. This is to avoid overlapping roles performed by actors so that Batik Singkawang continues to exist.
Item Type: | Thesis (S2) |
---|---|
Additional Information: | https://scholar.google.com/citations?user=q3HXkgEAAAAJ&hl=en ID SINTA Dosen Pembimbing: Siti Komariah: 5976333 Wilodati: 5976344 |
Uncontrolled Keywords: | Eksistensi batik, Pemberdayaan, Pentahelix, Sinergitas Peran Batik existence, Empowerment, Pentahelix, Role Synergy |
Subjects: | H Social Sciences > H Social Sciences (General) H Social Sciences > HN Social history and conditions. Social problems. Social reform |
Divisions: | Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial > Pendidikan Sosiologi-S2 |
Depositing User: | Tiara Fahmiyatul Ulmi |
Date Deposited: | 03 Sep 2024 06:01 |
Last Modified: | 03 Sep 2024 06:01 |
URI: | http://repository.upi.edu/id/eprint/122350 |
Actions (login required)
View Item |