Aryuda Fakhleri Fallen, - (2024) KAJIAN ONOMATOPE GANDANG TASA DALAM PERSPEKTIF ETNOPEDAGOGI. S2 thesis, Universitas Pendidikan Indonesia.
Text
T_PSN_2211128_Title.pdf Download (2MB) |
|
Text
T_PSN_2211128_Chapter1.pdf Download (811kB) |
|
Text
T_PSN_2211128_Chapter2.pdf Restricted to Staf Perpustakaan Download (1MB) |
|
Text
T_PSN_2211128_Chapter3.pdf Download (974kB) |
|
Text
T_PSN_2211128_Chapter4.pdf Restricted to Staf Perpustakaan Download (8MB) |
|
Text
T_PSN_2211128_Chapter5.pdf Download (724kB) |
|
Text
T_PSN_2211128_Appendix.pdf Restricted to Staf Perpustakaan Download (7MB) |
Abstract
Kesenian gandang tasa merupakan musik tradisi perkusi yang tergolong populer di masyarakat Minangkabau, kesenian ini berhulu dari daerah Pariaman. Sebagai wujud “kristalisasi”, kesenian gandang tasa memiliki cara dalam transfer of skill and knowledge berupa kalimat onomatope. Di satu sisi etnopedagogi memandang bahwa pendidikan tidak lepas dari aspek sosial dan kulturalnya, sehingga hal tersebut menjadi penopang kenapa onomatope pada gandang tasa perlu dikaji lebih lanjut. Penelitian ini tergolong ke dalam jenis kualitatif dengan desain penelitian grounded theory sebagai pendukungnya. Penelitian ini berupaya untuk mengungkap atau mengkonstruk pengetahuan ihwal onomatope dalam kesenian gandang tasa sebagai (central phenomenon), yang tidak bisa dielaborasi melalui pengertian angka-angka. Melalui penelitian ini terkuak bahwa, sebagai wujud pemahaman aural terdapat tiga bentuk tradisi lisan yang dipersepsikan di dalam ritme gandang tasa, yaitu berupa zikir, bahasa Minangkabau, dan onomatope. Tiga bentuk tersebut menyiratkan peran dari masing-masing kesatuan yang bermakna layaknya konsep pola tiga yang menjadi laku keseharian masyarakat Minangkabau, dan hal tersebutlah yang terbilang arif. Tiga bentuk tradisi lisan yang ada pada gandang tasa tersebut dipandang sebagai pemahaman yang bersifat integral, sedangkan onomatope menjadi pengetahuan yang bersifat turunan. Onomatope (irama muluik) praktis untuk melafalkan pola ritme gandang tasa dalam bentuk suku kata, dengan mempertimbangkan teknik, timbre serta pola tetabuhan. Setelah dikaji lebih lanjut dengan menggunakan desain grounded theory, dan meninjau melalui perspektif etnopedagogi, maka secara tekstual dapat dinyatakan teori bahwa “Pembelajar gandang tasa terdiri dari proses maimak (demonstrasi), maojokan (melisankan), dan maniruan (menirukan). Onomatope (irama muluik/irama mulut) merupakan cara pelafalan ritme saat dilisankan (maojokan)”. The art of gandang tasa is a percussive traditional music that is relatively popular in the Minangkabau community, this art originated from the Pariaman area. As a form of "crystallization", the art of gandang tasa has a way of transferring skills and knowledge in the form of onomatopoeic sentences. On the one hand, ethnopedagogy views that education cannot be separated from its social and cultural aspects, so that it becomes a support for why onomatopoeia in gandang tasa needs to be studied further. This research belongs to the qualitative type with grounded theory research design as its support. This research attempts to reveal or construct knowledge about onomatopoeia in the art of gandang tasa as a central phenomenon, which cannot be elaborated through numerical understanding. This research reveals that, as a form of aural understanding, there are three forms of oral tradition perceived in the rhythm of gandang tasa, namely in the form of dhikr, Minangkabau language, and onomatopoeia. The three forms imply the role of each meaningful unity like the three-pattern concept that is the daily practice of the Minangkabau people, and it is fairly wise. The three forms of oral tradition in gandang tasa are seen as an integral understanding, while onomatopoeia becomes derivative knowledge. Onomatopoeia (irama muluik) is practical for reciting the rhythmic pattern of gandang tasa in the form of syllables, taking into account technique, timbre and port patterns. After further study using grounded theory design, and reviewing through an ethnopedagogical perspective, the theory can be textually stated that "Learning gandang tasa consists of the process of maimak (demonstration), maojokan (verbalizing), and maniruan (imitating). Onomatopoeia (irama muluik/mouth rhythm) is a way of pronouncing the rhythm when it is spoken (maojokan)".
Item Type: | Thesis (S2) |
---|---|
Additional Information: | https://scholar.google.com/citations?user=jSjzcPIAAAAJ&hl=id ID SINTA Dosen Pembibing: Yudi Sukmayadi: 6100381 Tri Karyono: 5994642 |
Uncontrolled Keywords: | Onomatope, Gandang Tasa, Etnopedagogi, Grounded Theory Onomatopoeia, Gandang Tasa, Ethnopedagogy, Grounded Theory |
Subjects: | L Education > L Education (General) > NX Arts in general |
Divisions: | Sekolah Pasca Sarjana > Pendidikan Seni S-2 |
Depositing User: | Aryuda Fakhleri Fallen |
Date Deposited: | 08 May 2024 10:06 |
Last Modified: | 08 May 2024 10:06 |
URI: | http://repository.upi.edu/id/eprint/117360 |
Actions (login required)
View Item |